Keutamaan Ramadan yang Sering Terlupa




Tarawih malam ke-7 Ramadan, isi khutbah cukup menyentuh. Sang Khatib membawa tema keutamaan Ramadan. Seperti misalnya hadis Rasulullah Saw. berikut, " Barangsiapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka". (Nash riwayat ini disebutkan di kitab Durrat An-Nasihin).


Meski banyak ulama menyebutkan bahwa ini adalah hadis palsu namun sebagaimana yang disampaikan ustaz Abdul Somad hadis ini tidak ada dasarnya sama sekali, baik dalam kitab-kitab shahih maupun maudhu’ (kumpulan hadis palsu). Namun, menurut beliau, kepalsuan hadis ini tidak membuat hati umat Islam berubah dalam menyambut bulan suci Ramadan.


Karena, dalam hadis shahih diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,“Telah datang kepada kamu bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah, Allah mewajibkan puasa bagi kamu di bulan itu. Pada bulan itu pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Siapa yang tidak mendapatkan kebaikannya, maka sungguh ia tidak mendapatkan kebaikan”. (HR an-Nasa’i).


Tentulah orang-orang yang beriman akan sangat gembira menyambut datangnya bulan Ramadan karena berbagai keutamaan yang sangat besar itu, meski palsu, hadis di atas bisa menjadi motivasi baik bagi umat Nabi Muhammad untuk menyambut Ramadan dengan tekad bulat. 


Khatib melanjutkan penjelasannya, jika bergembira saja ketika menyambut Ramadan sudah Allah haramkan api neraka menyentuh jasad kita, maka bagi yang melanjutkan dengan berpuasa di dalamnya tentu lebih utama lagi pahalanya. Dari Abu Hurairah RA. bahwasanya Nabi SAW., bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena didorong oleh keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosanya yang terdahulu," (muttafaq 'alaih).


Ada dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa, sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Setiap amal perbuatan anak Adam yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya sehingga tujuh ratus kali lipatnya." Allah Ta'ala berfirman: "Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintahKu. Seorang yang berpuasa itu mempunyai dua macam kegembiraan, sekali kegembiraan di waktu berbukanya dan sekali lagi kegembiraan di waktu menemui Tuhannya. Sesungguhnya bau bacin mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi."


Maka Khatib menutup tauziyahnya dengan berdoa semoga kita semua menjadi hamba Allah yang taat dan gemar berpuasa, dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW., bersabda: "....Barangsiapa yang termasuk dalam ahli puasa, ia akan dipanggil dari pintu Rayyan.." 


Keutamaan Ramadan yang Utama


Seringkali para ulama kita terlalu memanjakan umat dengan terus menerus menjelaskan surga, pahala dan berkah. Sehingga terlena tanpa tahu sisi lain setiap kenikmatan membawa konsekwensi. Dan seringkali konsekwensi itu tidak enak, tidak nyaman bahkan memberatkan.


Namun bagaimana bisa merasakan kenikmatan jika tanpa proses melewati kesulitan? Sungguh mustahil. Maka, semestinya pula, saat mereka memaparkan materi, tak hanya berisi pokok yang menyenangkan . Tapi juga wajib menjabarkan pokok yang butuh perjuangan. 


Tujuan puasa di bulan Ramadan sangat jelas disebutkan Allah dalam firmanNya yang artinya,"...Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". (TQS al-Baqarah:183). Artinya Allah menghendaki kita dengan berpuasa, tak hanya menahan lapar dan haus tapi juga segala perilaku buruk yang bertentangan dengan syariat. Sehingga ketika Ramadan berlaku kita menjadi pribadi yang lebih taat, tanpa debat lagi untuk selalu menjadikan syariat Allah hukum bagi setiap amalan. 


Faktanya, setiap bulan Ramadan, datang dan berlalu begitu saja. Masih banyak kaum muslim yang alergi jika diajak kajian Islam kafah, ironisnya negeri ini malah membudaya tindak korupsi, nepotisme, kolusi, Para pemimpin yang mayoritas muslim tapi kebijakan terhadap riba, khamar, judi online sangat ambigu. Aturan terhadap jam praktik tempat hiburan selama bulan puasa ini juga ambil jalan tengah alias untuk kondisi tertentu, tempat tertentu ada keringanan untuk beroperasi. 


Mereka muslim tapi lembut kepada kafir, bahkan tak segan duduk semeja dengan para taipan sembilan naga membicarakan ekonomi Indonesia yang sudah jelas-jelas mereka hanya memastikan kelanjutan proyek mereka yang terakhir dimasukkan dalam proyek strategis nasional. Tak ada sedikit pun ruang untuk pembicaraan kesejahteraan rakyat.


Bak anak ayam kehilangan induknya, rakyat banyak yang di PHK, biaya hidup tinggi, subsidi dikurangi, efisiensi pada dana pendidikan yang berakibat fatal dengan banyaknya problem pendidikan mulai dari kurikulum yang berubah-ubah, infrastruktur yang buruk, tidak sejahteranya tenaga pendidik dan lainnya. 


Ketika ada kelompok masyarakat yang menyerukan untuk berganti sistem, yaitu Islam. Seketika mereka dilabeli dengan radikalisme, ekstrimis, penolak NKRI dan Pancasila. Sungguh miris! 


Inilah sejatinya tugas para dai Daiyah dan siapapun dari muslim di ditengah masyarakat, bukan sekadar memahamkan membaca dan menghafalkan Alquran dan hadis. Tapi mencetak pribadi Islam yang memiliki kepekaan luar biasa dan rela berjuang untuk menegakkan dinul Islam. 


Rakyat dengan bimbingan ulama inilah yang akan cerdas bermuhasaba (evaluasi) bagi pemerintah, ketika penguasa melenceng dari hukum syara. Jadi pemimpin bukan orang yang semata pintar, namun ia memang memiliki kemampuan menjadi pemimpin. 


Kemudian konsep negara yang tidak memalak rakyat melalui pajak misalnya hanya akan ada dalam sistem Islam, bukan yang lain. Pemimpin dalam Islam bukan sekadar sadar ia adalah pemimpin namun juga membutuhkan. 


Di sinilah yang harus dipahamkan kepada masyakat. Sodorkan fakta negeri ini memang sedang sakit parah, namun dokter tak berdaya sebab segala kebutuhan dokter ini diserahkan kepada asing. Harapannya, kesadaran yang muncul mampu mengawal pemerintah untuk mengganti dengan sistem sahih. Agar hidup berkah dunia akhirat. Wallahualam bissawab. 


Komentar

Postingan Populer