Jodoh Tak Lari Kemana
Desember tahun lalu, kami sekeluarga memenuhi undangan kakak mantu di Bandung. Mereka Nasrani, jadi kami hanya ikut acara resepsi. Di tengah prosesi resepsi, ada bagian pengakuan " Mak comblang". Mereka ternyata sepasang suami istri, dimana sang istri teman pengantin pria dan wanita.
Status Mak comblang saat memperkenalkan kedua pengantin, masih belum menikah, jadilah dobel date. Pertemuan terjadi di Bandung, ada kata-kata si Mak comblang yang menarik, " Jadi, sebetulnya aku ragu untuk mengenalkan Mawar ke Kumbang, karena tahulah, Kumbang banyak mantannya, sementara Mawar baru pertama kali membuka hati untuk seorang pria. Benar-benar Kumbang beruntung , mendapatkan seorang angel. Aku sendiri pernah tanya ke Mawar, kamu masih normal kan? Masih suka cowok dan gak lesbi?"
Pertanyaan macam apa itu, gerutuku dalam hati. Di saat ada orang yang berprinsip menjaga kesuciannya, membatasi interaksi dengan lawan jenisnya malah disangka yang aneh-aneh. Sedetik berikutnya aku tersadar, mereka Nasrani, tak mengenal larangan berkhalwat, hidup di kota besar yang pergaulannya sudah sedemikian bebas.
Dan sore ini, saat deep talk dengan bujangku, aku sounding lagi bahwa pacaran bukan jalan mencari jodoh. Bersabar saja, up grade semua potensi, insyaallah jodoh gak akan kemana. Karena itu perbanyaklah berkumpul dengan orang-orang salih, yang sama-sama menjaga ketaatan dan kesucian karena Allah.
Apalagi laki-laki, haruslah menjadi qowwaman. Bukan sekadar pemimpin dalam rumah tangga tapi juga bisa mendidik istri dan anak untuk senantiasa taat kepada Allah. Dalam rumah tangga itulah misi dan visi utama.
Maka, lihatlah sosok perempuan itu jika memang tertarik, apakah ia berkepribadian Islam? Menutup aurat dengan benar, artinya bagaimana penampilannya akan memperlihatkan pemahamannya. Ia calon ibu dari anak-anakmu, maka pastikan ia takut dan taat kepada Allah.
Jawab bujangku singkat, " Mana ada sekarang perempuan yang menutup aurat dengan sempurna, takut Allah dan gak pacaran? Susah Bu?"
Lagi-lagi kalimat ini membuat aku berpikir, ya, hari ini adalah era "gak pacaran gak seru", " pacaran adalah cara terbaik menjajaki pasangan agar tak seperti mengambil kucing dalam karung", " gak papa pacaran ,asal gak ninggalin salat dan sekolahnya" , " ah...seperti gak pernah muda aja", " kalau pacaran anakku gak neko-neko kog, paling makan dan nonton" " pacaran penyemangat hidup", " pacarku orang salih" dan lain sebagainya.
Segera aku luruskan pernyataan bujangku. Aku katakan, iya memang gadis yang seperti itu langka, semua karena hari ini kebebasan adalah segalanya, mereka tak mau ambil pusing tentang masa depan setiap manusia yaitu " Mati" . Perzinahan dikapitalisasi, dihubungkan dengan film, Drakor, sinetron. Di boomingkan dengan even tahun baru, Valentin dan hari-hari lain yang lebih dianggap mampu menjadi jalan menunjukkan romantis dan cinta.
Dengan fakta itu, bukan kemudian larangan Allah berzina di dalam Alquran salah atau ayatNya sudah tidak relevan lagi dengan masa kini. Maha Benar Allah dengan segala firmanNya, bahwa bumi, alam semesta beserta isinya, hingga manusia adalah ciptaanNya maka apakah masuk akal jika Allah salah memerintahkan sesuatu?
Maka, seharusnya yang kita lakukan adalah evaluasi. Bukan Alqurannya yang ketinggalan zaman kemudian kita berpaling pada hukum yang lain. Manusianyalah yang salah, dengan intepretasi yang keliru, pemahaman yang bercampur dengan berbagai pemikiran di luar Islam. Bahkan meragukan kebenaran Allah hingga menggerus keimanan. Padahal apapun yang diberitakan Allah swt, harus kita imani secara dhahir maupun batin.
Kita juga tak punya penguasa yang bertakwa, bekerja menjaga akidah umat, mengatur muamalah di tengah masyarakat bahkan terkesan membiarkan jika ada even yang mengharuskan membuka aurat atau bercampur baur. Generasi muda dibiarkan menikmati moderasi beragama yang menyamakan semua agama, karena sama-sama mengajarkan kebenaran.
Kehidupan sekuler hari ini mengepung kaum muslim dari berbagai sisi dan berbagai generasi. Tapi bukan tak mungkin kita mencari jodoh dengan apa yang ditetapkan Allah, jodoh tak akan kemana. Jodoh adalah rezeki, itu yang pertama harus diimani. Sembari bersabar menikmati proses tidak pacaran. Allah akan memberikannya di saat yang tepat, dalam lingkungan yang tepat.
Allah SWT.berfirman, "Perempuan-perempuan yang jahat untuk laki-laki yang jahat, dan laki-laki yang jahat untuk perempuan-perempuan yang jahat, sementara perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik. Mereka yang baik itu bersih dari tuduhan-tuduhan yang buruk. Mereka akan mendapatkan pengampunan dan rezeki yang mulia." (TQS. An Nur 26).
PR besar bagi para orangtua, terutama meyakinkan generasi muda bahwa pacaran bukan jalan ninja mencari jodoh, namun diminta dalam sujud-sujud yang panjang disepertiga malam mengetuk Pemilik Alam Semesta ini. Wallahualam bissawab.
Pernah juga ditanya yang sama 🥺ðŸ¤
BalasHapus