Tea Makes Everything Better




Goresan Pena Dakwah, Judulnya persuasif banget kan, bagi pecinta teh ok dong. Namun tidak bagi penderita maag akut. Pencinta herbal ok dong, tapi tidak bagi yang menerapkan diet ketat, karena teh disinyalir justru membuang zat-zat baik dalam tubuh. Artinya, makna teh membuat segalanya lebih baik sangat lentur, tergantung kepentingan dan manfaat apa yang bakal didapat. 


Saya sendiri pecinta teh, mau es teh atau teh hangat selalu mendapat momen tepat berikut apresiasi yang tak pernah gagal. Beberapa merk teh favorit jadi simpanan, suami Alhamdulillah juga punya kesukaan yang sama, terlebih setelah upayanya mengurangi kopi. Soal kafeinnya, ya sama saja sih, tapi teh menurut suami lebih ringan. 


Dan teh adalah minuman yang paling umum tersedia dimana saja di Indonesia, selain air putih tentunya. Di Jawa Barat tehnya malah yang sering tersaji rasanya hambar. Di Sumatra malah ada teh dari daun kopi. 


Begitu umumnya hingga saya terpikir bukankah Islam juga begitu? Hari ini menjadi mayoritas, dipeluk hampir sebagian besar penduduk dunia. Siapa tak kenal Islam, dipuja sekaligus dicaci. Dikaji sekaligus diburu bahkan hingga diperangi. 


Di sisi lain, peninggalan peradaban Islam memukau dunia, di sisi lain seolah Islam adalah monster, ditampakkan sebagai agama penghasil radikalisme, terorisme dan lainnya yang sifatnya perusak. 


Padahal, Islam jika kita mau jujur sama seperti teh, makes everything better. Sebab Islam bukan sekadar pengatur akidah dan ibadah. Tapi juga pedoman hidup. Dari mulai individu, keluarga, masyarakat hingga negara. 


Islam identik dengan Alquran dan Sunnah, keduanya dipelajari, dihafal dan dikaji. Sayangnya begitu didakwahkan dan diamalkan ada perbedaan. Sebagian mengatakan tak mungkin, NKRI sudah harga mati, kita zaman digital bukan zaman unta, memangnya mau diSuriahkan? Pindah saja ke Arab sana, demokrasi sistem terbaik dan lain sebagainya. 


Apakah riba selesai dengan kapitalisme? Zina selesai dengan edukasi Kespro? Judi habis dengan subdisi? Kesehatan selesai dengan BPJS? Ekonomi sulit selesai dengan bansos? Ketahanan pangan selesai dengan buka lahan, brigade pertanian, naikkan HPP gabah petani? Ketahanan negara selesai dengan latihan militer bersama, atau membentuk kerjasama politik, ekonomi dan sosial dengan negara asing? 


Kabar terbaru BRIC resmi menerima Indonesia sebagai anggota resminya? Belum tentu ,tak ada makan siang gratis. Tunggulah saatnya keruntuhan Indonesia dan kita baru sadar dengan banyaknya tumpukan utang yang harus dibayar. 


Islam memiliki apa yang tidak dimiliki sistem hari ini, yakni tauhid lawan dari sekulerisme atau pemisahan agama dari kehidupan. Menurut Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya "Nizdomul Islam"  bab Qiyadah Fikriyyah ( kepemimpinan berpikir) bahwa di dunia ini ada tiga idiologi atau dalam bahasa Arab disebut mabda. Yaitu Kapitalisme, Komunis Sosialis dan Islam. 


Mabda atau idiologi adalah kumpulan pemahaman yang terpancar darinya sebuah peraturan. Dan Islam memang terdiri dari fikrah ( ide) dan thariqah ( metode penerapannya). Lebih dipersingkat lagi, Islam berisi akidah dan syariat. Akidah adalah keyakinan akan sesuatu yang bisa menentramkan hati, memuaskan akal dan sesuai fitrah. Sedangkan syariat adalah seperangkat aturan untuk menerapkan akidah sekaligus menjaganya. 


Istimewanya idiologi Islam dibandingkan dua idiologi yang lain , bahwa Islam diturunkan oleh Allah sendiri, Sang Pencipta alam semesta dan seisinya, kepada Rasulullah sebagai utusan Allah. Mukjizat beliau adalah Alquran , salah satunya berisi hukum, yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam.  


Sebagaimana firman Allah SWT.yang artinya, "Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat". (TQS an-Nisa:105).


Jika sudah demikian, adakah alasan kita untuk memilih yang lain, selain Islam? Jelas hanya Islam yang bisa membuat segalanya menjadi lebih baik, termasuk diri kita sendiri. Masihkah yakin bakal selamat dari azab Allah ketika mengucap syahadat tapi mempercayai hukum selain hukum Allah? Wallahualam bissawab. (GPD).




Komentar

Postingan Populer