Selingkuh Marak, Menikah Kian Berjarak



Kadang merasa heran ketika melihat tayangan "grebek" selingkuhan, itu konten atau asli susah dibedakan. Sedikit menyimpulkan, jika kamera terlalu banyak bergerak bahkan terbolak-balik, bisa jadi asli direkam ketika kejadian. Namun jika lancar, sepertinya setingan dan hanya untuk konten. 


Menariknya, grebek ini tak hanya pada pasangan suami istri, menantu mertua bahkan yang masih pacaran juga. Pelaku yang terakhir ini yang paling miris, sudahlah pacaran, secara aturan belum sah dan bukan siapa-siapanya, peluang selingkuh masih terbuka lebar karena status masih " bebas" , marak juga "kasus" grebeknya. 


Memperlihatkan video call di lokasi dimana perselingkuhan itu ketahuan dan bakal digrebek. Ketika salah satu pasangan berkata tidak jujur, dimulailah drama itu. Di antaranya muncul pertanyaan," Beginikah caramu mencintai aku?", " Aku tahu sekarang hatimu, pilih dia atau aku?"


Dan tayangan itu melintas setiap saat di media sosial, tak hanya sekali dua, bahkan di meta ada pertanyaan," Apakah Anda ingin menonton lebih banyak dari tayangan ini?". Artinya, mesin algoritma mereka memiliki stok yang banyak, untuk memuaskan kekepoan netizen. 


Bak gayung bersambut, kini video apapun bisa menghasilkan uang jika diupload ke media sosial, kuncinya rajin saja dan dengan sedikit sentuhan kreatifitas, meski tema konten serupa, ibarat pepatah," kalau sudah rezeki gak akan kemana" semua orang membuat yang sama. 


Pun isi konten tak bermutu, atau justru memberikan pengajaran keliru tak menjadi soal. Sementara video berisi konten edukasi halal haram sangat sedikit followernya. Sungguh menyedihkan. Negeri ini pemeluk agama Islam terbanyak di dunia, namun bak buih di lautan, hancur begitu bertemu karang, padahal buihnya banyak dan memutihkan pantai. 


Perzinaan memang sangat menarik dikulik. Yang diserang adalah rasa, terutama bagi perempuan, makhluk yang identik dengan mayoritas rasa, bukan logika. Sehingga setiap hal yang bisa menyentuh rasa, emosi tersulut. Kapitalisme kian kaya. Inilah praktik sejati memancing di air keruh, bukannya memberi solusi agar air bersih dan ikan terlihat, namun justru membantu memberi adukan hingga pekatnya lumpur mewarnai air. 


Manusia didorong untuk terus "mewujudkan' cinta, dengan berbagai cara, semua sarana dan prasarana yang berhubungan dengan itu pun akhirnya membuat sebuah celah bisnis. Dan , kita, terutama secara sadar dimanfaatkan sebagai pasarnya. Astaghfirullah..


Pelaku grebek pacaran, ironinya pelakunya tak jarang menutup aurat. Tanpa bisa dihalangi, mereka yang benci syariat menyerbu dengan opini yang menyesatkan, seolah menunjukkan bukti bahwa yang menutup aurat aja pacaran, kenapa kamu antipasti? Seperti tak pernah muda saja. Ada juga yang berpendapat, " Ayolah jangan kolot, beri anak kepercayaan"


Hukum tidak berubah sekali haram selamanya haram, kecuali jika ada keadaan darurat, yaitu jika membawa pada risiko kematian. Dan dimanakah letak urgenitas pacaran? Bagaimana jika hasil akhir dari perzinaan tersebut adalah hamil di luar pernikahan? Saling tak inginnya repot dan malu, tak jarang bayi yang lahir dari orangtua pezina kemudian diaborsi, dibuang bahkan jika lahir kemudian dibunuh. Astaghfirullah...


Dosa progresif, meningkat sesuai kemaksiatan. Masihkan kita menanggapinya dengan terta wa? semestinya mulai berbenah, kemarin anak tetangga jauh, bisa jadi anak kita pun akhirnya menjadi korban. Bukan bermaksud parno, tapi jika kejadian zina ini terjadi di banyak tempat, entah konten artinya ini bukan kasus biasa. 


Dimulai dari media sosial di handphone anak-anak kini, berkenalan, janjian, berani berbohong kepada orangtua, mencuri, kemudian kabur. Seringnya motifnya seperti ini, yang menakutkan penguasa kita tak ambil langkah nyata untuk mengatasinya. Bahkan jika terjadi pembunuhan, hukumannya hanya penjara beberapa tahun. Samasekali tak menjerakan. Mereka masih memakai hukum Belanda. 


Jika kita negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, mari kita lihat apa yang Allah perintahkan terkait zina ini. "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (TQS. Al-Isra: 32). Mendekatinya saja sudah dosa, bagaimana jika menjadi pelakunya?


Zina di kalangan remaja, sangatlah riskan jika di sekolah hanya diajarkan tentang alat reproduksi atau dibagikan tablet tambah darah setiap bulannya. Namun pemahamannya kering dari agama yang kelak menjaganya dunia akhirat. Rasa memiliki, ingin disayang dan memiliki seseorang yang terpercaya adalah fitrah manusia. Ini yang harus disentuh dengan pemahaman yang benar, bukan dihilangkan tapi diatur agar berkah. 


Maka, sebenarnya lucu jika grebek selingkuh saat masih pacaran, apa yang dipertahankan karena memang belum memiliki, apa yang sia-sia karena memang tak ada sikap bertanggung jawab, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada Allah yang menciptakan kesempurnaannya sebagai manusia. 


Tidakkah kita rindu dalam naungan aturan Ilahi yang memunculkan ketentraman? Tak perlu ada was-was dalam hati setiap kali melepas anak untuk berinteraksi di ranah umum. Ada perlindungan negara yang luarbiasa. Karena negara akan memberikan solusi terbaik, jika memang ada yang sudah siap menikah. Bukan dihambat dengan berbagai cara dan alasan. Wallahualam bissawab.



Komentar

Postingan Populer