Buruknya Kesejahteraan, Picu Kriminalitas




Mencuri adalah mengambil hak seseorang tanpa seizin bahkan tanpa sepengetahuan pemiliknya. Namun apa jadinya, jika seorang pencuri itu berwujud wanita, yang hamil delapan bulan? Ini terjadi pada wanita inisial AG, 25 tahun, yang hamil delapan bulan nekat membobol sebuah rumah di kawasan Kepuhkiriman, Waru, Kabupaten Sidoarjo sekitar 02.30 WIB dini hari. Namun AG langsung diamankan warga siang tadi sekitar pukul 11.30 WIB.


Aksinya membobol rumah milik Andre Prasetyawan , tetangganya sendiri yang tinggal di rumah kos, terekam jelas di CCTV, sehingga memudahkan warga untuk mencari keberadaan pelaku. Dalam melakukan aksinya, AG hanya butuh obeng kecil untuk mencongkel jendela rumah Andre, dan berhasil mencuri uang senilai Rp1 juta serta HP Xiaomi. Dan mirisnya, menurut warga, AG tak sekali dua melakukan pencurian.


AKP Ahmad Yani Kanitreskrim Polsek Waru membenarkan adanya penangkapan itu. Pihaknya pun langsung menuju lokasi setelah warga berhasil mengamankan AN. Kata Yani, pelaku yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) itu masih diperiksa lebih lanjut untuk pendalaman. Dia juga membenarkan bahwa aksi pencurian AG ini bukan yang pertama kali (suarasurabaya.net, 10/7/2023).


Tak Sejahtera Picu Kriminalitas


Pencurian di era hari terjadi karena tidak ada kesejahteraan bagi individu rakyat. Ketidakadaan kesejahteraan karena lapangan pekerjaan sempit, banyak perusahaan yang gulung tikar sehingga terpaksa mem-PHK karyawannya, harga kebutuhan pokok rakyat yang mahal sehingga rakyat sulit memenuhinya dan abainya negara dalam menjamin seluruh kebutuhan rakyat terpenuhi. 


Bagaimana itu bisa terjadi, karena sistem aturan yang digunakan oleh pemerintah hari ini asasnya sekuler, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Bukan berarti negara kita anti Ketuhanan yang Maha Esa. Hanya saja, kepercayaan yang dimaksud hanya di ranah privat. Urusan pribadi. Sementara di lingkup sosial yang lebih luas mengacu pada kecerdasan manusia semata. Hingga muncul UU yang disebut KUHP, yang sebelum direvisi berasal dari dari Bangsa Belanda. 


Apa yang bisa diharapkan dari bangsa Belanda? Kafir, sekuler, tamak dan licik. Dan jika mau mengakui, sebelum revisi, KUHP telah melewati proses yang panjang dikuatkan oleh undang-undang dan peraturan pemerintah yang lain sebab tidak relevan lagi dengan fakta kekinian. Bahkan, setelah direvisi pun masih ada undang-undang yang tidak jelas ketegasannya, semisal pengaturan tentang LGBT. 


Kembali kepada AG, bisa jadi ia terhimpit dengan salah satu kesulitan sehingga ia hanya bisa mencuri. Sebab, itulah satu pekerjaan yang termudah, pun bagi seorang perempuan hamil. Didukung dengan ketiadaan rasa takut bahwa Allah SWT membenci pencurian, rasa butuh dan lapar lebih mendominasi.


Pemimpin Seharusnya Terketuk


Inilah hipokritnya kapitalisme yang tumbuh subur di alam demokrasi. Pemimpin negeri ini berlomba-lomba memberikan fasilitas dan kemudahan kepada mereka yang "berprestasi" internasional namun masa bodoh dengan mereka yang papa, tak punya wali bagi dirinya ataupun anaknya. Tak peduli bagaimana asalnya hingga seorang AG bisa melakukan pencurian, namun apakah ia tak berhak sejahtera dan sekaligus mendapatkan berbagai kemudahan?


Ada asas manfaat, rakyat menjadi perhatian pemerintah jika ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan dan mendatangkan keuntungan. Salah satunya ketenaran, yang bakal diikuti oleh aspek pariwisata, pendidikan, ekonomi ala kapitalisme. Tetap saja, tak ada fungsi riayah ( mengurusi) kepada rakyat. Padahal Rasulullah mengingatkan, "Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). 


Dan juga," Sungguh jabatan ini adalah amanah. Pada Hari Kiamat nanti, jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambil jabatan itu dengan haq dan menunaikan amanah itu yang menjadi kewajibannya."(HR Muslim).


Artinya, ketika seorang warganya mencuri patut dicari fakta bagaimana pemeliharaan penguasa kepada mereka. Sepanjang kapitalisme yang berkuasa, sementara Islam dipinggirkan maka, sepanjang itu pulalah, rakyat akan terus berada dalam kesulitan dan penderitaan. 


Mengapa Islam?


Sebab hanya Islam yang paling layak dijadikan sebagai sistem pengaturan urusan rakyat. Pertama, Islam datang dari Allah SWT, Sang Pemilik dan Pencipta dunia seisinya berikut alam semesta. Kedua, Islam berisi akidah (keimanan) dan peraturan (syariat). Ketiga, sebagai kaum Mukmin , menjadi kewajiban untuk tunduk, patuh, terikat dan taat dengan dengan aturan Allah. Keempat, Islam telah terbukti memberikan kesejahteraan luarbiasa ketika diterapkan sebagai aturan. Sejak Rasulullah Saw menjadi pemimpin di Madinah, dilanjut Khulafaur Rasyidin hingga khalifah-khalifah selanjutnya menjadi bukti sejarah yang tak terbantahkan , menjadikan Islam sebagai dasar negara yang maju, mandiri sekaligus menjadi mercusuar bagi bangsa-bangsa lain di dunia. 


Mengulanginya kembali, yaitu menerapkan syariat dalam bingkai negara Khilafah bukan sekadar nostaligia, tapi bentuk kepedulian yang tinggi sebagai hamba Allah dan sesama manusia yang menginginkan kesejahteraan hakiki. Wallahu a'lam bish showab. 

Komentar

Postingan Populer