Karena Setitik Nafsu, Rusaklah Nasab Sebelanga

 



Sungguh sadis, ditemukan 4 kerangka bayi di sebuah kebun warga Banyumas. Dan Satreskrim Polresta Banyumas telah menangkap tersangka yang tak lain ayah kandung dari bayi-bayi yang dikubur itu. Si bapak durjana itu melakukan hubungan suami istri dengan anaknya sendiri sejak usia 14 tahun atas dasar “suruhan” guru spiritual yang hingga kini masih dalam penyelidikan.


Setiap sang anak melahirkan bayi dari benihnya, sang ayah yang juga sekaligus sang kakek langsung membekap mulut bayi hingga tewas dibantu istri atau ibu sang gadis. Peristiwa Inses juga terjadi di Bukit Tinggi, berdasarkan pengakuan wali kota Bukit Tinggi yang mengatakan ada satu keluarga agamis, utuh namun sang ibu berhubungan badan dengan anak lelakinya sejak usia SMA hingga kini berusia 28 tahun.


Perbuatan menjijikkan itu terjadi di rumah dan saat sang ayah ada. Fenomena apakah ini? Mengapa kerusakan masyarakat semakin tak masuk di akal? Hubungan anak dan orangtua, bukankah seharusnya bukan berdasarkan hawa nafsu seksual? Jika terjadi di negeri kafir dengan sekulerismenya wajar, mereka memang memisahkan agama dari negara bahkan kehidupan mereka. Hidup inginnya serba bebas tak mau dikekang oleh aturan apapun termasuk agama.


Tanpa Islam Dunia Semakin Memburuk


Sekali lagi, jika fakta ini diberitakan oleh dunia Barat, meski jijik namun bisa mengatakan itulah perilaku mereka yang rusak dan merusak. Namun ini, negeri dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, ada fakta yang demikian sangat miris. Keluarga di bukit tinggi ini diberitakan dengan tagline besar, sebagai keluarga yang agamis, Tahfiz Alquran. Ditambah dengan berita lainnya tentang perceraian yang marak dari pasangan yang juga terlihat agamis. Hingga muncul pendapat kalau pilih jodoh jangan yang terlalu agamis, entar juga cerai.


Benarkah karena keIslamannya? Perceraian, pernikahan beda agama, pernikahan dini, inses, seks bebas dan lain sebagainya pangkalnya adalah karena mereka Islam dan menaati syariat? Jangan lupa, hari ini Islam hanya diterapkan oleh individu rakyat, bukan negara. Jika pun kerusakan itu karena Islamnya seseorang tak akan mungkin merata disetiap tempat dan jumlah kriminalnya semakin bertambah.


Sebab secara logika, jika masyarakat menerapkan syariat ,otomatis negara sebagai institusi terbesar dari masyarakat juga akan menerapkan hukum Islam. Nyatanya negara ini menggunakan KUHP yang berasal dari hukum Belanda. Sedangkan Islam benar-benar hanya diemban oleh individu Islam. Syariat yang mulia belum menjadi hukum di negeri ini. Baru sekadar pemikiran yang didiskusikan dalam seminar, kajian dan lain sebagainya.


Itu pun sudah mendapat persekusi, dibubarkan, dituduh makar, teroris, radikal dan sebagainya. Lantas bagaimana bisa menuduhkan segala kerusakan yang terjadi karena Islam, atau kebetulan keluarga Islami? Padahal, inilah hasilnya jika Islam yang berisi akidah dan syariah tidak diterapkan secara utuh dalam sebuah negara. Dunia memburuk, sudah terbayang apa yang kelak diwariskan kepada anak cucu, kehancuran. Nastaghfirullah.


Dalam Islam, Negara adalah Pengurus Urusan Rakyatnya


Rasulullah bersabda, “Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus” (HR al-Bukhari dan Ahmad). Artinya, negaralah yang bertanggungjawab mengurus rakyatnya, dengan syariat. Tak hanya kebutuhan pokok yang enam saya seperti sandang, papan, pangan, kesehatan, pendidikan dan keamanan saja. Tapi juga penjagaan akidah umat, dengan pensuasanaan keimanan di setiap aspek kehidupan juga adanya sanksi yang tegas agar setiap pelanggaran hukum syariat Allah tak terjadi lagi.


Munculnya fakta inses menunjukkan betapa rendahnya taraf berfikir rakyat yang samasekali tak merasa takut dan diawasi oleh Allah, sehingga memperturutkan hawa nafsunya dengan santai tanpa berpikir apa risikonya. Paparan tontotan yang memunculkan naluri seks hari ini memang di luar kontrol negara. Hingga ada seorang gubernur di Jawa Tengah yang mengatakan menikmati film porno adalah hal yang wajar, sebab ia orang dewasa.


Maka dampak buruknya luar biasa, selain keturunan yang dilahirkan bisa jadi cacat, kualitas sebagai manusia makhluk berakal hancur melebihi binatang. Padahal Islam telah menetapkan misi dan visi manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Apakah layak disebut ibadah jika melakukan kerusakan demi kerusakan?


Negara yang mengadopsi sekulerisme dalam melegalkan kebijakan demi kebijakan inilah pangkal kerusakan masyarakat yang sebenarnya. Ditambah dengan kurikulum pendidikan yang disusun mengikuti asas sekulerisme di atas, jelas makin menambah peluang memiliki generasi cerdas, tangguh dan bertakwa.


Maka, tak ada jalan lain kecuali dengan membuang sistem batil ini dan menggantinya dengan syariat. Tak selayaknya inses yang sejatinya menghancurkan masa depan generasi ini dibiarkan tanpa ditindak apapun. Demikian pula dengan kegiatan amar makruf nahi mungkar yang dianggap turut campur urusan orang, hal demikian justru akan dibasmi oleh Islam. Wallahu a’lam bish showab.


Komentar

Postingan Populer