Harga Telur Naik, Jangan Suruh Bertelur Sendiri!




Kembali rakyat diguncang persoalan kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Kali ini telur. Berdasarkan data di laman Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga telur ayam di tingkat pengecer naik sebesar Rp 6,83 persen hingga 26 Agustus 2022


Bahkan, harga telur ayam di beberapa daerah luar Jawa hingga menyentuh angka Rp 35.000 per kilogram. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebutkan kenaikan yang terjadi saat ini tidak parah. Oleh karena tidak perlu diributkan. Ia menilai bahwa kenaikan harga telur ayam kali ini dipicu oleh bantuan sosial (bansos) Kementerian Sosial (Kemensos).


Pengadaan untuk bansos tersebut membuat permintaan telur ayam terus melonjak. Apalagi, bansos baru cair setelah 3 bulan lamanya. “Ini rapel uangnya (uang bansos) tiga bulan agak banyak, jadi ada permintaan selama lima hari mendadak, pasar kurang pasokannya. Biasa kalau pasokan kurang dikit, kaget, harga naik,” ujar Zulhas.


Sementara itu, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi mengatakan, kenaikan harga telur belakangan akibat tingginya harga jagung internasional.


Menurutnya, kebutuhan jagung untuk pakan ternak masih membutuhkan impor, karena pasokan domestik belum mencukupi. Ia menjelaskan, data Food Monitor dari United States Department of Agriculture (USDA) menunjukkan bahwa rata-rata produksi jagung Indonesia 2015-2020 hanya mencapai 11,5 juta ton. Padahal tingkat konsumsi tahunannya diperkirakan melebihi 12 juta ton.


Solusi Kapitalisme, Liberalisasi Perdagangan


Pernyataan Mendag dan pejabat lainnya tentang kenaikan harga telur mencerminkan tiadanya empati pada kondisi rakyat dan kebutuhan mendesak rakyat terhadap telur. Pernyataan yang terkesan selengekan, asbun, asal bunyi.


Dominasi pemodal besar atau kapitalis lolal-multinasional dalam produksi pangan dari hulu hingga hilir inilah yang faktanya telah berhasil mengendalikan harga pangan dasar bagi rakyat. Mereka telah mengantongi izin dari pemerintah untuk mendulang keuntungan diluar batas kemampuan petani sendiri. Banyak perusahaan unggas terintegrasi memiliki peternakan sendiri, sehingga pasokan telur ayam di pasaran membanjir, sebagaimana hasil temuan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Wilayah I yang berbasis di Medan.


Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso menduga harga telur ayam naik salah satunya disebabkan oleh program bantuan sosial (bansos) berbentuk bagi-bagi telur dari Kementerian Sosial (Kemensos) dan selain itu juga karena harga pakan yang naik imbas perang Rusia-Ukraina. Karena Indonesia sebagian besar pakan masih impor.


Artinya, tidak ada solusi jitu guna mengatasi persoalan krisis pangan ini, sebab kita telah masuk ke dalam jebakan kapitalisme dengan liberalisasi perekonomian. Negara hanya berfungsi sebagai regulator kebijakan yang lemah di hadapan para kapital. Hal ini tak hanya terjadi pada bahan pangan telur, namun juga lainnya.


Ketahanan Pangan Kunci Negara Kuat dan Mandiri


Islam mewajibkan negara menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan publik dengan menata secara fair atau adil aktifitas produksi hingga distribusi oleh warga negara. Sebab ketahanan pangan sangat berhubungan erat dengan kekuatan negara. Kemampuan negara membatasi keterlibatan aktor asing sangat dipengaruhi oleh kedaulatan negara.


Urusan telur sebenarnya tak lepas dari keberhasilan pertanian, dimana seharusnya negara memfokuskan pada pengelolaan pertanian baik dengan cara langsung, yaitu memberikan modal bergerak maupun tidak bergerak kepada petani, juga dengan cara tak langsung yaitu dengan mendorong penelitian kepada rakyat untuk ditemukan berbagai bibit unggul, teknologi kekinian pertanian maupun pengawasan pasar agar distribusi bisa berjalan dengan adil.


Dominasi korporasi kapitalis yang menjadi penyebab naiknya harga telur inilah yang menjadikan bukti bahwa kita belum merdeka, viral beberapa waktu lalu, ketika harga cabe naik, seorang pejabat pemerintah meminta rakyat untuk menanam sendiri cabe, saat beras mahal jangan bergantung pada beras, masih banyak bahan subsitusi beras yang lain seperti ketela atau ubi-ubian. Lantas, jika harga telur naik, akankah muncul perkataan bertelur sendiri?


Pemimpin bertakwa, yang benar-benar menjadikan kekuasaan yang ada padanya sebagai amanah tidak lahir dari sistem hari ini, namun dari Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,"Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin." (Riwayat Muslim). Wallahu a’lam bish showab.


Komentar

Postingan Populer