Lagibete Pergerakan, Bukan sekadar Komunitas




Prof. Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat lagibete adalah sebuah sekte seks baru, melalui gerakan penularan dunia. 


Mengapa? Karena mereka ingin diakui, namun syarat diterima ia sebagai komunitas harus berjumlah banyak, maka itu sasaran adalah anak muda terutama institusi pendidikan, karena generasi hari ini memang sedang krisis identitas. 


Digerus sekularisme, dijauhkan dari agama, dan demokrasi kian menyuburkan. Sekali WHO menganggap sekte ini normal maka sedunia akan mengikuti dan meratifikasi berbagai kebijakannya. 


Jelas, hanya syariat yang bisa memberikan solusi tegas sekaligus tuntas. Sekali haram, maka tak akan ada jalan lain untuk ditawar. Allah berfirman dalam Quran Surat Hud :82 yang artinya: "Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya negeri kaum Lut, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar". 


Sungguh ketegasan Allah memberantas perbuatan keji kaum Nabi Luth menunjukkan betapa merusaknya jika dibiarkan . Selain berdampak pada musnahnya generasi manusia karena tidak menghasilkan keturunan, namun juga penyakit berbahaya yang menyerang fisik dan sosial masyarakat. Azab Allah itu ternyata bukan hanya dijatuhkan kepada pelaku lagibete, namun juga mereka yang bukan pelaku namun mendukung perbuatan keji itu, sebagaimana yang terjadi pada istri Nabi Luth, ia ikut terlibas azab karena membocorkan berita kedatangan dua tamu Nabi Luth kepada masyarakat luas. 


Dimana masyarakat kala itu sangat rusak, mereka tak segan-segan melakukan perzinahan dan perbuatan tak senonoh lainnya di jalan. Persis seperti hari ini. Dengan banyaknya panggung yang diberikan para pesohor negeri, para pria kemayu yang sengaja diminta untuk membintangi berbagai talk Shaw atau tayangan lainnya, tak adanya sanksi dari pemerintah padahal ini negeri dengan Muslim terbesar dan lainnya.


Mirisnya, Prof. Mahfud MD mengatakan, jikapun pelaku lagibete dijerat hukum, belum ada yang bisa menjeratnya, bahkan Pancasila pun tidak sebab itu termasuk kebebasan berperilaku yang dilindungi di sistem demokrasi. Lantas, apakah akan dipilih antara Pancasila atau Islam? Bukankah bagi seorang Muslim, hukum tertinggi adalah syariat? Yang ia yakini dengan dua kalimat syahadat bahkan saat mati pun, keranda mereka ditutup dengan kain berlafazkan dua kalimat syahadat. 


Sungguh, tak ada yang lebih tegas sekaligus menuntaskan kemunculan sekaligus kelestarian perilaku lagibete ini selain syariat. Kemaslahatan kaum Muslim lebih penting. Demokrasi bukan sekadar sebuah sistem untuk memilih pemimpin baru, namun sejatinya demokrasi adalah surga bagi mereka yang tak mengenal Allah, Rasul dan syariat bahkan tak ingin diatur. 


Sejatinya sebuah negara haruslah menjadikan rakyatnya cerdas dan mengetahui tuntutan syariat atas diri sebelum melakukannya. Terutama bahayanya dengan generasi muda hari ini yang krisis identitas, dunia pendidikan sama sekali tak terprogram untuk membentuk kepribadian Islam, dimana akal dan nafsunya tunduk kepada syari'at. Bukan dipararelkan dengan dunia kerja. Inilah jebakan kafir barat. Yang penting kerja nanti akan mendapatkan harta. Wallahu a' lam bish showab. 




Komentar

Postingan Populer