Nikmatnya Menjadi Muslim


#RamadanBersamaRevowriter

#OneDayOneayat

#Day4

#RamadanKareem


"Maka adapun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan kebajikan, maka mudah-mudahan dia termasuk orang yang beruntung" (QS Al-Qasas 28:67). 


Ada satu teori yang hingga kini sulit dipahami, bahwa manusia bisa masuk surga sebab telah ditebus oleh darah Isa Al Masih. Tak perlu diperpanjang, sebab penjelasannya malah akan menjadi panjang kali lebar. 


Bacaan berhenti pada ayat ini, begitu terpesona dari setiap kata yang tersusun. Allah Maha Tahu, jika manusia itu tak pernah bisa menghindar dari dosa. Allah juga mensyaratkan masuk surga harus terbebas dari dosa. Sebagaimana aturan mudik hari ini, syarat anti gen harus dipenuhi jika ingin pulang kampung. 


Kampung akhirat memang tempat kembali setiap yang bernyawa. Hendak ditunda dengan cara apapun tak akan mengubah keadaan. Namun, di tengah perjalananan, siapa yang dapat menjamin bisa lurus hingga tujuan? Allah Sang Maha Pengasih dan Penyayang telah memberikan caranya, pertama bertobat dan beriman, kedua berbuat kebajikan. 


Tobat dan keimanan digandengkan dengan kata dan, artinya sejajar, seseorang bertobat karena keimanannya, sebaliknya iman menuntut keyakinan bahwa jika berdosa harus berhenti dan tidak mengulang alias tobat. Setelahnya berbuat kebajikan. 


Sebab tabiat manusia, selalu lupa, lalai dan lemah, lihat saja bagaimana mereka yang susah pernah terjerat kasus narkoba misalnya, selalu berulang dengan kasus yang sama yang menjebloskan mereka ke penjara. Sebab tobatnya tidak diikuti dengan berbuat kebajikan. 


Berbuat kebajikan adalah perbuatan yang produktif dan bersandar kepada syari'at, halal dan haram. Tidak ada kebajikan di luar itu. Memang butuh upaya yang luar biasa dan sekaligus lingkungan yang sesuai. Sebab, sejak awal hati mudah berbalik. Kenikmatan dunia terkadang pula menyilaukan. Melenakan setiap yang memandang, seolah masih punya waktu yang panjang. 


Keimanan yang kuat tak hanya mendorong untuk bertobat, namun juga senantiasa haus dari menuntut ilmu, tidak cukup hanya selembar dua lembar helaian kitab yang ia baca, namun lebih dioptimalkan dengan mendatangi majelis dan para guru. Berharap dari semua itu bisa memanen madu ilmu dan manfaatnya, sehingga ia lebih banyak tahu dan semangat mengadakan perubahan. 


Bukankah Ramadan ini bulan ampunan? Sebagai manusia yang cerdas tentulah mempersiapkan diri. Tak ingin menjadi orang yang bangkrut di hadapan Allah, tapi fix menjadi orang yang beruntung. 


Siapa orang yang beruntung itu? Mereka yang karena keimanannya, berhasil mendorong dirinya sendiri untuk bertobat dan tidak mengulanginya lagi. Tak cukup di hati namun diwujudkan dalam keseharian. Dan itu hanya untuk Muslim, sebab hari ini, di saat Islam dinarasikan buruk, sejatinya Allah SWT sedang menguji siapakah dari umatnya yang paling militasinnya. Wallahu a'lam bish shawab. 

Komentar

Postingan Populer