Berbakti Itu Bukan Basa Basi




"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS: Al-Isra ayat 23-24).


Memiliki orangtua hingga kita sudah berumah tangga adalah sebuah anugerah, terlebih ketika mereka bisa melihat anak-anak kita, cucu mereka, generasi selanjutnya yang pasti membanggakan. Namun, terkadang kenyataan tak sesuai teori. 


Ketika kita menuntut anak, untuk berbakti kepada kita, kita lupa, kepada orangtua justru kita abai. Begitu fasihnya meminta anak untuk tunduk patuh kepada rancangan hidup yang kita buat, di saat yang sama kita tak peduli apakah orangtua kita rindu atau kesepian dan mengharapkan kehadiran kita. 


Betapa sulitnya menundukkan ego, merasa diri benar sementara orangtua salah. Menilai dan mengevaluasi hasil didikan orangtua bukan untuk muhasabah namun untuk memojokkan mereka seolah kita lebih becus seribu kali dibandingkan mereka. 


Ingat! Tak ada sekolah menjadi orangtua, bahkan pengasuh anak terlatih dan bersertifikat sekalipun, tak punya cara jitu mengatasi kerewelan anak asuhnya. Ia kadang bekerja sebatas toleraI nominal gajinya. Padahal anak manusia lebih dari sekedar itu. Bonding terutama dengan ibu tak bisa digantikan oleh siapapun. 


Allah mewajibkan kita untuk berbuat baik dan berbakti. Makna berbakti kepada orang tua adalah bersikap patuh, menghormati, perwujudan kewajiban anak kepada orang tua, meringankan beban orang tua, bersikap baik, mengabdikan diri dan membahagiakan orang tua. Hingga kata "uf" pun tidak diperkenankan. 


Ramadan bulan ampunan, selagi masih ada kesempatan, terutama jika kedua orangtua atau salah satu dari mereka masih hidup hendaklah dendam dipupus. Kebencian dibuang, arogansi biarkan basi dan ganti dengan kelembutan dan permintaan maaf, semoga mereka rida sehingga Allah SWT pun rida. 


Jika kedua orangtua atau salah satu dari mereka sakit, tentulah kita yang pertama merawatnya. Bukan sibuk mencari dalih pembenaran. Kejinya, meminta orang lain untuk menjaga mereka, padahal kita tak ada uzur, hanya takut terjadi sesuatu jika berinteraksi dengan mereka. Konyol! Jika kematian yang kita takutkan, ingat, ajal tak pandang bulu apalagi tempat. Ketika titah diturunkan, yang ada adalah kerjakan, tanpa tawaran. Entah saat jaga orangtua yang sakit, entah ketika sendiri. Tak bisa kita menolak barang sedetik untuk mati. 


Sekali Ramadan momentum mendulang pahala, dimana amal shalih dilipatgandakan pahalanya. Terlebih ketika amal shalih dilandasi keimanan. Tentulah lebih utama. Orangtua kita adalah pintu surga, yang tampak nyata dan bisa kita rasa. Maka bahagiakan lah mereka. Wallahu a'lam bish shawab. 





Komentar

Postingan Populer