Ya Mu' tasim Billah!!!

 

Kota Amurriyah yang dikuasai oleh Romawi saat itu berhasil ditaklukkan oleh al-Mu’tashim. Khalifah kedelapan dinasti Abbasiyah. Pada penyerangan itu sekitar 3.000 tentara Romawi tewas terbunuh dan sekitar 30.000 menjadi tawanan. Dan di antara faktor yang mendorong penaklukan kota ini adalah karena adanya seorang wanita dari sebuah kota pesisir yang ditawan di sana. 


Ia berseru, “Wahai Muhammad, wahai Mu’tashim!” Setelah informasi itu terdengar oleh khalifah, ia pun segera menunggang kudanya dan membawa bala tentara untuk menyelamatkan wanita tersebut plus menaklukkan kota tempat wanita itu ditawan. Setelah berhasil menyelamatkan wanita tersebut al-Mu’tashim mengatakan, “Kupenuhi seruanmu, wahai wanita!” 


Berbanding terbalik dengan hari ini, banyak pemimpin Muslim yang hanya mengecam atau malah diam seribu bahasa ketika jutaan Muslimah direnggut kehormatannya, bahkan hingga meregang nyawa. Mereka lebih takut moncong senjata kafir atau embargo ekonomi atau diputuskannya kerjasama bilateral atau dikeluarkan dari keanggotan organisasi dunia daripada memimpin pasukan mengusir para penghina Muslimah. 


Hari ini, kembali terjadi, Gadis Muslim berhijab dilarang menghadiri kelas di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India selatan, yang memicu protes selama berminggu-minggu oleh para siswa. Kebijakan diskriminatif ini menyebabkan protes dan kekerasan yang meluas (Republika.co.id, 10/02/2022). Ratusan dari siswa dan siswi, termasuk orang tua mereka, turun ke jalan menentang larangan penggunaan hijab di sekolah. Mereka menuntut agar siswi diizinkan menghadiri kelas meski mereka memakai jilbab.


Pemerintah Karnataka dikuasai Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) dengan pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi. Mereka mengatakan dalam sebuah perintah pada 5 Februari disebutkan semua sekolah harus mengikuti aturan berpakaian yang ditetapkan oleh manajemen sekolah. BC Nagesh, menteri pendidikan Karnataka juga mengatakan jikamendukung sekolah yang melarang penggunaan selendang safron dan hijab. 


Larangan hijab ini adalah bagian dari bukti kekejaman rezim islamophobia India terhadal Muslim. Rezim penguasa dari partai radikal Hindu makin banyak mengeluarkan kebijakan anti Islam. Dan dunia diam, sekelas PBB pun tak bergeming, padahal mereka mengklaim diri sebagai polisi dunia. Fakta ini semakin menunjukkan bagaiamana sikap dunia kepada Islam. Islam selalu digambarkan ekstrim dan penyuka kezaliman. Padahal, Hindu sendiri memperlihatkan sifat asli ketika mereka mayoritas, jika ada yang menyebutkan di luar agama Islam selalu berbicara kedamaian, maka dengan sendirinya teori itu terpatahkan. Mereka lebih tidak manusiawi. 


Hilangnya kemuliaan pemimpin Islam semacam Mutasim Billah hari ini, karena mereka hanyalah pemimpin boneka, sejak proses pemilihan, ada "restu" dari pemimpin yang lebih tinggi lagi yang turut campur dengan tujuan memastikan secara pemikiran pemimpin boneka ini mau tunduk patuh dengan agenda-agenda kafir salah satunya memerangi Islam, pemeluk, simbol dan ajarannya. Mereka disibukkan dengan Nasionalisme dan menghilangkan ukhuwah Islamiyyah. 


Semua demi apa? demi kepentingan kekayaan diri dan hidup di dunia yang "nyaman". Padahal Rasulullah saw menegaskan ,"Sungguh Imam (Khalifah) itu (laksana) perisai; orang-orang akan berperang di belakang dia (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ahmad). Artinya, haram bagi seorang pemimpin ketika kekuasaan ada di pundaknya kemudian ia membiarkan rakyatnya dizalimi dan menerima ketidakadilan. 


Sistem politik demokrasi yang banyak diadopsi negeri-negeri Muslim juga tak banyak membantu, sebab sejatinya yang menjadi persoalan dasar bukan pada proses pemilihan pemimpinnya, namun kebolehan sistem ini menggunakan hukum manusia. Dimana wakil rakyat yang juga dipilih dalam proses Pemilu kelak akan mengeluarkan kebijakan dan memutuskan sebuah kebijakan eksekutif ( presiden) bisa terlaksana atau tidak. Padahal sumbernya samasekali bukan dari Alquran dan As Sunnah. 


Bukankah hal ini menyalahi sumpah jabatan mereka? Terlebih sebagai seorang individu Muslim yang Mukmin tidakkah mereka faham makna hadist Rasulullah berikut ini? “Kaum Mukmin itu—dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi—bagaikan satu tubuh. Jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan demam (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim). 


Di Indonesia sendiri, kurikulum pendidikan baik dari Kementerian agama dan kementerian Pendidikan sama-sama mengatur ( baca: pembatasan) agama Islam dari sisi ajaran, simbol dan pemeluknya. Ironi, padahal Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam, namun Islam menjadi bulan-bulanan. 



Tak ada lagi yang menjadi harapan muslim India maupun seluruh Muslim di dunia yang hari ini begitu dihinakan oleh kaum Kafir akan hadirnya kehidupan adil dan tenang. Mereka bisa beribadah dan melakukan seluruh aktifitas pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan teratur dan berkualitas. Semua itu hanya bisa terwujud dalam naungan khilafah. Sebab, hanya Khilafah satu-satunya institusi penerap syariat Islam secara Kaffah berikutnya juga merupakan kepemimpinan umum atas kaum Muslim. Khilafah juga yang akan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Agar Islam memberikan Rahmatan Lil Aalamin, dimanapun. Wallahu a' lam bish showab. 

Komentar

Postingan Populer