Masa Pubertas, Kog Gitu Sih?




Tanggal 11 Maret 2022 lalu, ada film animasi terbaru yang ditayangkan raja produsen film kartun dunia, Studio Disney dan Pixar. Turning Red, Film ini disutradarai oleh Domee Shi, peraih Piala Oscar 2019 lewat film pendek animasi berjudul Bao.


Cerita dalam film ini mengisahkan Meilin Lee, seorang gadis remaja berusia 13 tahun yang percaya diri, gaul, dan mempunyai geng pertemanan yang solid. Ia juga seorang murid yang berprestasi di sekolah dan mempunyai hubungan yang hangat dengan orang tuanya. 


Namun, segala hal indah itu berubah menjadi petaka ketika pada suatu waktu dirinya berubah menjadi panda merah raksasa. Meilin kemudian mengetahui bahwa ia akan berubah menjadi panda merah raksasa setiap kali kehilangan ketenangan dan emosinya meluap.


Menurut Domee, sang sutradara, karakter panda merah raksasa menjadi metafora yang pas bagi masa pubertas yang dialami oleh perempuan saat masih remaja. "[Panda] Itu adalah metafora yang sempurna untuk pubertas. Mereka berbulu, canggung, dan warna merah sangat mengingatkanku dengan masa puber," 


Seorang anak memasuki usia remaja jika sudah melewati masa pubertas. Masa dimana ada banyak perubahan fisik dan psikologisnya. Tubuh akan tumbuh lebih cepat, bulu-bulu tumbuh di beberapa bagian tubuh, bagi laki-laki akan tumbuh jakun dan suara berubah. Bahkan hingga mimpi basah. Sedang perempuan lapisan lemaknya akan muncul di beberapa tempat seperti pantat, payudara, lengan dan betis. Kemudian mengalami haid untuk yang pertama kali. 


Secara psikologi pun akan ada banyak perubahan. Mudah marah, lebih berkeringat, tak tenang, susah konsentrasi hingga lebih fokus pada penampilan diri. Apapun yang terkait dengan penampilannya inginnya terlihat sempurna, meskipun hanya keluar di teras rumah. Meski tak semua begitu, namun ketertarikan kepada lawan jenis biasanya lebih dominan ditunjukkan oleh anak perempuan. 


Dalam film Turning Red ini memang hendak menceritakan perubahan ke arah pubertas itu, namun mengandung nilai-nilai kebebasan yang biasa diusung barat, dan berlawanan dengan Islam. Selain tidak akan menampilkan seorang gadis yang berpakaian muslimah lengkap tentunya, ada hal lain yang kita harus lebih teliti, yaitu misalnya ketika Meilin Lee dan sahabatnya ingin menonton konser Grup Band 4 Town. 


Dengan segala cara mereka berusaha mencari cara agar diizinkan orangtua juga mencari dana agar bisa membeli tiket konser. Dengan menghalalkan segala cara, termasuk menampilkan aib ( berubah menjadi panda) menjadi peluang mendapatkan uang. Keluarnya panda artinya si gadis tak bisa menahan keburukan, bukannya dihilangkan malah dikapitalisasi. Dengan alasan kebebasan berperilaku dan hidup berdamai dengan keburukan adalah hal yang paling bisa dilakukan ketika tak bisa lagi mengupayakan memperbaiki keburukan. 


Bukankah itu sama dengan hari ini? Ketika Covid-19 tak bisa lenyap di berbagai negara di dunia ini, WHO sebagai representasi badan kesehatan dunia menyatakan kita akan hidup berdampingan dengan virus, mengubah pandemi menjadi endemi maka seluruh negara di dunia otomatis mengikutinya. Tak peduli lagi berapa banyak nyawa telah hilang karena latahnya meratifikasi kebijakan internasional ini. Siap tidak siap, sama tak sama keadaannya,. Indonesia adalah salah satu negara yang bakal meratifikasi kebijakan tersebut. 


Padahal, pubertas bisa disiapkan. Bukan dengan berdamai, namun dengan merubah mindset. Bahwa segala penyakit pasti ada obatnya. Segala kesulitan saat pubertas pasti ada solusinya. Kuncinya adalah komunikasi. Orangtua bisa mulai memberi informasi penting seputar pubertas. Kewajiban-kewajiban setelah pubertas, apa yang harus dihindari dan apa yang harus ditambah dikurangi. Sebab, dalam Islam seorang anak yang sudah mengalami pubertas adalah manusia dewasa yang akan mendapatkan taklif (beban) syariat. 


Dia akan berdosa jika melanggar dan mendapatkan pahala jika mengerjakan. Pubertas tak sekadar berbicara perubahan hormonal, namun berbicara tentang manusia sebagai manusia, salah satu makluk ciptaan Allah SWT. Yaitu diciptakan Allah untuk beribadah. “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).


Ibadah adalah segala perbuatan atau aktifitas manusia yang dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan, dalam hal apapun, tidak melanggar perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Pubertas menjadi gerbang pembuka, bagi sang anak untuk mulai mengumpulkan bekal akhirat. Sebaik-baiknya bekal adalah amal shalih. Bukan sekadar melalukan apapun kesenangan dunia tanpa peduli hukum syara atas perbuatannya tersebut.


Naluri menyukai lawan jenispun tidak vulgar dipertontonkan , sebab akan jatuh ke dalam perbuatan zina, termasuk begitu tergila-gila dengan grup band dan berilusi dengan bayangan sendiri. Ini akan menyebabkan panjang angan dan tidak produktif, namun lihatlah kapitalis, malah akan semakin didorong untuk terus menerus memikirkannya dengan jargon di masa remaja itu adalah kewajaran. 


Pantas saja, di negara pengusung kebebasan data aborsi, zina ,pernikahan tak wajar dan lain sebagainyanya marak. Sebab, di sana tak ada perlindungan kepada wanita, faham persamaan gender benar-benar telah menjebak perempuan dalam pemikiran dan perjuangan yang salah. Seolah mereka adalah kaum termarginalkan karena selalu menjadi "konco wingking" teman di belakang, sumur, dapur dan kasur bagi kaum pria. 


Padahal Islam tak sebagaimana yang mereka gambarkan. Pubertas akan benar-benar menjadikan seorang anak mengenali dirinya dengan baik, berikut sang Khalik penciptanya. Pendidikan kedewasaan akan disampaikan sesuai usianya , di sekolah manapun sehingga pada saat anak mampu menikah mereka siap. 


Turning Red hanyalah sekelumit gambaran bagaimana kapitalisme menjadikan keburukan sebagai bentuk kebaikan. Padahal Rasulullah mengingatkan tak akan pernah kebatilan bersatu dengan kebaikan. Wallahu a'lam bish showab. 

Komentar

Postingan Populer