Rencana Liburan



Sebenarnya, masa belajar mengajar sudah selesai untuk semester ganjil ini, laporan hasil belajar juga sudah diterima. Namun, rencana liburan masih tetap dalam draft. Si Ayah, sudah disounding berkali-kali bahwa orang rumah ( beliau orang kantoran) butuh liburan. 


Kosentrasi sudah hilang, bertambah mupeng saat baca status teman otewe ke satu tempat, bahkan status itu hingga dua tiga hari, yang artinya lebih dari dua puluh empat jam dari syarat status bisa menghilang dengan sendirinya. 


Siapa yang jadi korban? Tentu ibunya, di sisi lain tahu kesulitan ayah karena masih ngantor, di sisi lain anak-anakpun berhak liburan. Akhirnya lagi-lagi ibu jadi penengah. Ambil jalan tengah, intinya memberi nasehat dengan muatan kehendak ayah dan kehendak anak. " Kita akan liburan, itu pasti, gak mungkin ayah kalian mengecewakan kalian, bukankah tahun lalupun kita liburan meski telat dan mendekati waktu masuk sekolah?"


Anak-anak mengangguk. Ibu menambahkan lagi," Sekarang semestinya kita doakan ayah supaya tetap sehat, kita juga sehat, tentukan destinasi dan bersiap-siap untuk kejutan". Ternyata mereka menyebut satu nama yang memang tak pernah lekang dalam hati kami, terutama kami orangtuanya. Bromo. 


Gunung berapi aktif yang terletak di tiga kabupaten yaitu Pasuruan, Malang dan Lumajang, memang tak pernah mengecewakan. Meskipun kata orang ini adalah gunung wisata, bukan petualangan semacam Semeru, Merapi, Sewu, Kerinci dan lainnya, namun tetap memberi kenangan yang berbeda setiap kali mengunjunginya. 


Secara tantangan mungkin memang Bromo tak seberat gunung yang lain, namun justru memberikan kenangan yang tak lekang oleh waktu. Kekeluargaan, nyaman dan menumbuhkan sisi romantis ala alam yang masih segar. Betapapun sudah lebih dari sekali mendaki, pendakian berikutnya selalu dinanti dan memunculkan kenangan baru lagi. 


Jika diingat lagi, sejak gadis dengan gaya backpaker, bersama teman kuliah dengan kenekadan yang luar biasa, kemudian berdua dengan suami hingga berempat dengan anak-anak. Dengan fasilitas yang tentu lebih baik, tak lagi backpakeran, atau juga tak naik angkutan umum elf yang lincah mengikuti setiap kelokan jalan menuju rumah tapi sudah mobil pribadi dan si sulung yang menjadi sopir. 


Rezeki memang tak kemana, selalu ada saja kesempatan untuk kembali menyusuri jalan berpasir dan undakan-undakam kecil sisa erupsi. Atau melihat hamparan sabana dengan sebaran jinten yang menguning. Sungguh sebuah rencana liburan yang tak pernah mengecewakan.

Komentar

Postingan Populer