Bromo Eksotis dengan Gunungnya, tapi juga Bunganya
Yang paling menonjol ketika berwisata ke Bromo adalah pemandangan alamnya. Didominasi tanah pertanian, berupa sayuran dan palawija. Dari kontur tanahnya yang berbukit, miring dan subur terlihat bagaimana para petani mengelolanya dengan terampil.
Buncis, kubis, seledri, bawang putih, kentang, wortel dan lainnya sepertinya menjadi komoditas unggulan para petani di wilayah Bromo ini. Udara sejuk memberikan keuntungan sendiri bagi tumbuh kembang sayuran tersebut. Uniknya, warga Bromo meskipun sedang di ladang, kebun atau dimanapun berada tak pernah lupa memakai sarung.
Jadi ingat film gadis berkalung sorban, di sini, di Bromo petaninya pun tak beda. Pria wanita, meskipun sudah menggunakan jaket, tetap mengalungkan sarung di leher mereka. Menurut mereka ini kepercayaan turun temurun, sarung bisa meredam dingin. Dan percaya tidak percaya, kami juga mencobanya di beberapa pendakian terakhir dan benar, tidak terlalu dingin!
Selain sayuran, tentu yang menonjol adalah bunga Edelweis, bunga abadi sering disebut demikian sebab tak pernah layu, bahkan mengeringnya pun seolah masih segar. Namun karena bunga ini dilindungi, maka pengunjunga tidak bisa sembarangan memetiknya, padahal di sekitar Bukit Teletubbies dan Padang Savana, bunga ini tumbuh liar berdampingan dengan bunga Adas dan beberapa pohon gulma.
Namun jangan khawatir, jika kita sudah mendaki dan turun sekitar pukul 08.00 wib, di bawah jalur tangga sudah banyak penduduk setempat yang menawarkan edelweis dan beberapa bunga ilalang yang sudah di warna. Mereka bukan menjual barang terlarang, sebab Edelweis yang mereka jual adalah hasil budidaya penduduk setempat, sehingga tidak mengganggu habitat aslinya.
Selain bunga abadi, Bromo juga menyimpan pesona yang lain dari berbagai varietas mawar, anggrek, Nusa Indah dan lainnya. Ada yang bermanfaat sebagai obat, adapula yang murni sebagai hiasan. Setiap musim tanaman bunga berbeda-beda yang tumbuh, namun ada satu yang tak lekang oleh musim, baik hujan maupun panas, tanaman ini selalu berbunga, bunga Kecubung namanya.
Saat masih kecil, di halaman rumahku ada tumbuhan Kecubung yang tumbuh dengan sendirinya, warna bunganya merah. Dan saat itu banyak tetangga yang minta bunga Kecubung untuk pengobatan. Kata mereka untuk obat sakit gigi, untuk membuat mabuk ikan supaya mudah dipancing dan lain-lain.
Hati rasa gatal melihat begitu banyaknya bunga Kecubung, hingga jika ada kesempatan aku bersegera ambil posisi. Dan meminta anak atau suami untuk mengabadikannya. Begitu banyak karunia Allah terhadap tanah Bromo, kaya akan sumber daya alam, sehingga tongkat, batu, jadi tanaman. Wajib kita untuk menjaga alam agar lebih lestari. Berangkat naik membawa makanan, pulang tidak meninggalkan kotoran atau sampah.
Sebuah prinsip yang umum namun masih saja ada para pendaki yang nakal, lebih mementingkan diri sendiri, buang sampah sembarang bahkan buang hajat. Tanpa memerhatikan keseimbangan di daerah tersebut akan terancam.
Komentar
Posting Komentar