Perjuangan Kita Sama

 



Seringkali mendengar seseorang ketika kita ajak diskusi menjawab,"Mari kita saling mendoakan, anda dengan kelompok anda, saya dengan kelompok saya" atau," Bagi saya cukuplah keluarga dan rutinitas saya berjalan lancar, insyaallah dengan kita share hikmah, kaum Muslim akan bersatu dan kemenangan akan diperoleh" dan yang lain yang senada, intinya mereka sedang membangun tembok pembenaran atas pendapatnya. 


Sah-sah saja dan itulah bukti keragaman berpikir manusia. Allah SWT mengaruniakan akal memang untuk berpikir sekaligus membedakan baik dan buruk. Hanya saja, jika kita bicara arah perjuangan, jawaban mereka bikin hati gerimis. 


Sebab seakan yang kita lakukan tak sebanding dengan yang mereka lakukan, padahal sama-sama lelah, sama-sama menguras tenaga dan pemikiran. Maka, jika demikian, mengapa Allah mewajibkan dakwah? Apakah untuk menyulitkan manusia, atau untuk saling mengunggulkan kelompoknya? 


Itu pikiran yang salah! Kita harus berani keluar dari kotak dan melihat dari ketinggian, bahwa Allah mewajibkan dakwah bukan sekadar perintah namun berikut caranya, supaya sampai di tujuan dengan benar dan selamat. Allah SWT berfirman, yang artinya," Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS An Nahl :125).


Ayat di atas adalah standar yang seharusnya diikuti oleh kaum Muslim, yaitu dengan metode al hikmah, al mau'izah al hasanah, dan al mujadalah billati hiya ahsan. Pertama, dakwah bil hikmah berarti menyampaikan dakwah dengan terlebih dulu mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar dan mendalam orang atau masyarakat yang menjadi sasarannya. 


Kedua, dakwah bilmau'izah hasanah, yang mengandung arti memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat yang menjadi sasaran dakwah dengan cara-cara yang baik, seperti memberi nasihat, pengajaran, serta contoh praktis (teladan) positif.


Ketiga, dakwah mujadalah billati hiya ahsan adalah dakwah yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran (dialog), sesuai kondisi masyarakat setempat tanpa melukai perasaan mereka. Semua laa madiyah, tanpa kekerasan dan bentuknya pun bukan islahiyah ( perbaikan), insaniyah ( kerja kemanusiaan), uluqiyah ( moral) dan ruhiyah( kerohanian) sebab itu hanya amal individu dan ada yang menjadi bagian dari penjaminan negara. 


Jika kita dakwah dengan cara yang bukan seharusnya, dampaknya memang akan capek sendiri, persoalan meluas, energi semakin menipis, semakin banyak orang digabungkan dalam metode di luar yang seharusnya maka persoalan malah akan semakin kompleks. Sebab, dakwah yang begini hanyalah membelokkan perhatian umat dari kebutuhan yang sesungguhnya, yaitu ketinggian berpikir dan kesadaran umum tentang hak dan kewajibannya sebagai hamba Allah SWT. 


Allah memuji para penyeru dakwah ini dengan berkata, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri," (QS Al-Fushilat: 33). Allah SWT seringkali menggandengkan menyeru kepada Allah ( beriman) dengan amal saleh. Sebab perubahan itu memang bakal terjadi jika iman dibarengi dengan amal ( bertindak nyata), yaitu mengubah pemikiran, dari rendah ke tinggi, dari yang sekadar paham Islam hanya berupa hikmah ataupun nasehat, menjadi kesadaran umum bahwa hidup totalitas musti diatur Islam. Bukan manusia. 


Maka, masuk akal bukan jika dakwah melalui kerja sosial saja tidak akan bisa mengantar kepada perubahan, sebab yang demikian memang hanya membasuh luka sesaat, setelah kering luka akan kembali terbuka. Sekarang mungkin mereka yang diberi bantuan sosial akan bisa makan dan sebagainya, tapi tahan berapa lama? Berapa besar dana yang dibutuhkan lagi? Padahal jika pemikiran mereka dipahamkan bahwa syariat mewajibkan tugas itu ada pada negara, pastilah keadaan akan lebih baik dalam jangka waktu yang lama. 


Rasulullah SAW pun menegaskan, "Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapat pahala sama dengan yang mengerjakannya," (HR Muslim). Kebaikan itu ada pada Islam, dan Islam bukan sekadar hikmah, tapi akidah dan syariah, jika kita ingin hidup mulia maka syariah harus diterapkan. Ketika syariah wajib diterapkan harus ada sistem yang menaunginya, yaitu kepemimpinan yang hanya menerapkan Islam bukan yang lain. 


Kaum Muslim harus memiliki gambaran ini, agar perjuangannya terarah, dan apa yang diupayakan mendapat ganjaran dari Allah karena benar sesuai dengan standar syariah. Itulah mengapa, perjuangan kita harus sama, yaitu merubah pemahaman agar bergerak seirama menuju perubahan global, bukan sekelompok kecil masyarakat saja. Wallahu a' lam bish showab.

Komentar

Postingan Populer