Aurat Bukan Pajangan tapi Kehormatan




Sekilas melihat foto seorang ibu berusia sekitar 40 tahun, sedang memamerkan dadanya yang membusung, dalam balutan baju berbahas kaos, berwarna merah. Dengan senyum manis menggoda, tanpa sungkan media pun memberikan caption, tayangan perdana setelah Ramadan. 


Ternyata sebelum Ramadan, perempuan yang biasa dipanggil Tante ****, juga menayangkan foto dirinya, tentu dalam pose menggoda dengan caption tayangan terakhir sebelum Ramadan. Aduhai, apakah aurat ini pajangan, yang bisa dibuka dan ditutup sekendak hati? 


Jika ia Muslimah, tentulah faham jika aurat adalah kehormatan dan bukan pajangan. Kita mungkin bisa menengok Muslimah Palestina yang hari ini harus berjuang mempertahankan diri dan wilayahnya dari serangan laknatullah Israel, mereka tak pernah sekalipun melepaskan penutup aurat meskipun di dalam rumah, padahal itulah tempat khas yang boleh bagi perempuan untuk membuka Khimar dan hijabnya.


Apa kata mereka? Serangan musuh bisa terjadi kapan saja, hari ini kami masih hidup, besok bisa jadi sudah menjadi mayat. Dan kami tak mau mayat kitapun terlihat auratnya. Semestinya pembelaan terhadap aurat adalah dengan nyawa. Sebab sekali lagi aurat adalah kehormatan bagi perempuan. Banyak dalil yang menunjukkan kewajiban menutup aurat ini. 


Berdasarkan hadis Abu Daud, dari 'Aisyah radhiallahu'anha, Beliau berkata: "Asma' binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, 'Wahai Asma, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haid (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini', Beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya."


Sedangkan batasan aurat bagi wanita adalah seluruh tubuhnya hingga telapak kaki bawah. Rasulullah SAW mengingatkan agar telapak bawah kaki tertutup auratnya. Pesan tersebut ia sampaikan berdasarkan hadis riwayat Ahmad, dari Ummu Salamah Radhiallahu'anha, yang berbunyi: "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika bersabda mengenai masalah menjulurkan ujung pakaian, aku berkata kepada beliau: 'Wahai Rasulullah bagaimana dengan kami (kaum wanita)?' Nabi menjawab: 'Julurkanlah sejengkal'. Lalu Ummu Salamah bertanya lagi: 'Kalau begitu kedua qadam (bagian bawah kaki) akan terlihat?' Nabi bersabda: 'Kalau begitu julurkanlah sehasta'."


Sedangkan terkait bahan dari jilbab dan khimarnya yang digunakan haruslah tebal, tidak terlalu tipis, dan tidak tembus pandang. Syarat ini telah disebutkan pula dalam hadis riwayat Muslim: 

Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku liat: dan sekelompok kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan genit dan berlenggak-lenggok, yang kepala mereka menyerupai punuk unta yang panjang lehernya. Mereka tidak akan masuk surga, dan bahkan tidak dapat mencium aromanya, padahal aroma surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.


Janganlah berdalih kebebasan berprilaku kemudian menjadikan alasan mencampakkan hukum Allah SWT. Hukum Allah jelas lebih tinggi daripada hukum manusia. Jangan pula ngotot dalam rangka mencari konten, mengejar rating dan semua yang jadi standar manusia, sebab semua perbuatan hari ini kelaka akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, hakimnya bukan manusia, sahabat, orangtua atau sahabat, namun Allah sendiri, yang tak pernah meluputkan satu kesalahan pun untuk dihitung. 


Saat itu, siapakah yang mampu menjadi penolong bagi yang lain selain Allah? Sesama manusia, bahkan mereka dari bangsa jin atau sesembahan yang selama di dunia dijadikan puncak penyembahan dan ibadah tak akan datang membantu. 


Dari kasus Tante selebgram ini, muncul pertanyaan, bagaimana suaminya? Mengapa ia rida ketika tubuh istrinya menjadi tontotan manusia sedunia, padahal ia berada dalam tanggungjawab mu dunia akhirat. Keiklasanmu hari ini padanya, hanya akan membuahkan nestapa. Sayangmu kepada ibu dari anak-anakmu hanya akan menerbitkan sesal, berkepanjangan. 


Inilah buah sekularisme yang menghasilkan manusia-manusia bodoh akan akhirat, padahal kelak akhiratlah yang lebih abadi daripada dunia, banyak orang beriman telah terjebak. Tontotan (media) dan tuntunan (kurikulum pendidikan) menjadi guru. Lantas bagaimana mencapai Rida Allah jika kita terus menerus mengadakan pelanggaran? Akhirnya manusia tak beda dengan hewan, memiliki akal namun tak dipakai. 


Hanya Islam yang menjamin, seorang perempuan benar-benar menghargai dirinya sendiri. Bahkan orang-orang sekitarnya. Sebab hukum Allah tegas, dan negara menjadi penerap utamanya. Semoga kita disampaikan usia kita di hingga syariat benar-benar diterapkan. Wallahu a' lam bish showab. 

Komentar

Postingan Populer