Mereka yang Dilupakan Allah




" (yaitu) orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini (kiamat), kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami" (QS Al-A'raf 7: 51).


Saat membaca hati langsung terpaut di ayat 51 ini, langsung tandai supaya tak terlupa. Namun saat membaca ayat selanjutnya masih terngiang-ngiang terjemahnya. Mengerikan, benarlah jika Allah menyebutkan Alquran adalah kabar gembira sekaligus peringatan, penggambaran Allah tentang kesudahan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah bahkan berani menjadikan sebagai bahan Senda gurau. 


Mereka dilupakan Allah SWT sebagaimana saat di dunia, saat masih diberi kesempatan malah melupakan Allah. Sungguh, lisan dan hati ini mudah tergelincir dalam dosa, jika bukan kasih sayang Allah yang mendahului murkaNya mungkin kita sudah gosong kemarin-kemarin. 


Dengan mudahnya kita meminta surga kepada Allah, namun malas bahkan lupa iktiar. Ketaatan kita lagi-lagi hanya lips servis padahal setiap kali berdiri salat kita sebutkan,"...tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, bukan pula jalan orang-orang yang sesatkan"


Sesungguhnya sifat ingkar telah ada pada diri manusia, namun kelemahan itu menjadi penguat jika kemudian disertai dengan keimanan, karena kemudian muncul sikap memperbaiki. Hal ini pula yang malaikat protes kepada Allah karena menjadikan manusia dengan segala kelemahannya Khalifah ( pemimpin ) di muka bumi. Jawab Allah, Allah-lah yang Maha Tahu. 


Ingkar pada ,kebenaran, bahkan kemudian menjadikan agama sebagai bahan guyonan hari ini adalah komoditas, lihat bagaimana berita artis berpindah-pindah agama lumayan lama nangkring di media sosial. Bukannya dijadikan ibrah malah diumbar dan dianggap gaya hidup. 


Zina dilegalkan, riba disuburkan, miras dibuka investasinya, pelajaran akidah digugat, ketaatan diradikalkan, bukankah semua bagian dari mempermainkan agama, ajaran Ilahi? Sementara ludah kafir penjajah, meski jijik namun ditampung dalam benak dan dijadikan petuah, nauzubillah. 


Mari muhasabah, adakah kita bagian mereka yang mendustakan?


Komentar

Postingan Populer