Adu Cantik, Trend atau Aklak Terpuruk?

 




Media sosial kembali memberikan informasi yang unfaedah, adu cantik, baik antara pesohor dalam negeri dengan luar negeri atau sesama pesohor dalam negeri. Ukurannya adalah seberapa banyak balutan kain yang menutupi badan mereka hingga suskes mengumpulkan aplause terbanyak dari kaum kaum Adam. 


Semakin Shirtless semakin bagus. Benarkah itu nilai cantik yang sebenarnya? Ini trend atau justru aklak terpuruk? Jawabannya adalah yang kedua, sebab Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Terlihat ketidaksinkronan di dalamnya, pertanyaannya apakah Islam berpengaruh sebagai akidah saja dan bukan sekaligus sebagai peraturan?


Jikapun sebagai akidah, semestinya aurat perempuan bukan menjadi konsumsi publik, setiap individu wajib menjaga aurat saudaranya sebagai bentuk kuatnya akidah yang ia miliki, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Ummu ‘Athiah ra, bahwa dia berkata: “Rasulullah Saw memerintahkan kaum wanita agar keluar rumah menuju shalat Ied, maka Ummu ‘Athiyah berkata,’Salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?” Maka Rasulullah SAW menjawab: ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya!.” (Muttafaq ‘alaihi)

Perintah ini menunjukkan kemutlakan seorang perempuan yang sudah baligh agar mengenakan jilbab ketika keluar rumah, bahkan jika ia tak punya, meminjam dari saudaranya menjadi hal yang wajib ia lakukan. Jika tidak maka ketika ia tetap keluar rumah, ia berdosa. 


Kedua, lebih parah lagi jika Islam dianggap bukan peraturan, artinya ada penolakan dari manusia untuk taat kepada setiap perintah Allah, Tuhan yang menciptakan dirinya, yang kelakpun bakal mencabut nyawanya, menghisab setiap amalannya di dunia dan menempatkan disurga atau neraka. Jika kewajiban shalat, puasa, zakat bisa dilakukan mengapa menutup aurat tidak? Apa bedanya?


Allah SWT berfirman,“Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur [24]: 31). Kalimat dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak padanya menurut ahli tafsir bukan hanya perhiasan real yang biasa dikenakan perempuan baik dari emas atau perak atau bahan lainnya, melainkan bagian tubuh wanita itu sendiri adalah aurat, seperti leher, dada berikut seluruh tubuhnya. 


Asma' binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, 'Wahai Asma, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini', beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya. Batasan ini menunjukkan bahwa seluruh tubuh perempuan adalah perhiasannya, auratnya. Maka tak boleh tampak kecuali dihadapan mahromnya, orang yang haram menikahinya karena pertalian darah atau pernikahan. 


Lantas mengapa hari ini justru kecantikan perempuan justru diadu? Lantas akan mendapatkan apa jika kemudian menang? Yang memuji manusia, tentulah hanya sesaat, ketika kecantikan memudar karena usia atau ketika tidak lagi terkenal sebagai pesohor negeri masihkah ada pujian atau ajakan untuk adu kecantikan lagi?


Kapitalisme telah sukses menipu perempuan, mengopinikan cantik ala mereka, supaya para wanita berlomba memuaskan sarana dan prasana menuju cantik itu, dari sisi kosmetika, fashion, food dan fun. Iklan memborbardir media sosial, membuat mata juling hati berkeping-keping karena semua itu butuh biaya agar bisa dimiliki. Teknologi kecantikan pun mengambil peran praktis menuju perempuan cantik dalam hitungan menit. 


Merembet pada kriminalitas, berzina ,korupsi, membunuh, dan lain sebagainya. Bagi yang benar-benar tak punya cara untuk mendapatkan sarana dan prasarana menuju cantik akhirnya depresi bahkan berakhir bunuh diri, banyak kasus beberapa pesohor luar negeri yang bunuh diri hanya karena dibully penggemar dan diejek jelek. Uang mereka tak kurang, tenar pun berpendar, jika menurut ukuran manusia mereka tak kekurangan apapun. Inilah mengapa kita butuh agama, tak sekedar sebagai keyakinan atau akidah namun juga sebagai peraturan hidup. 


Hidup sungguh sangat berharga jika hanya untuk mengejar rida manusia, disebut cantik atau tercantik sejagat raya. Islam menempatkan perempuan sungguh terdepan, memuliakan di tempat yang tak ada banding hingga hari ini, yaitu menjadikan sebagai lawan bagi bidadari surga sebagai balasan atas ketaatannya di dunia terhadap perintah dan larangan Allah SWT. 


Ahli Tafsir Al-Qurthubi rahimahullah, menjelaskan bahwa wanita dunia lebih baik dan lebih cantik dari bidadari karena amal baik mereka di dunia, berbeda dengan bidadari yang langsung Allah Ta’ala ciptakan di dalam surga. Wanita dunia juga akan menjadi ratu dan tuan putri di surga. Tidakkah ini menjadi tawaran yang lebih menantang? Adu kecantikan dengan bidadari surga. Wallahu a'lam bish showab.

Komentar

Postingan Populer