Pray for Kalsel, Massifnya Kebijakan Matinya Nurani

 



Curah hujan di bulan Januari di beberapa wilayah Indonesia memang cukup tinggi. Banjir langganan bahkan sudah bertandang di sebagian wilayah Pulau Jawa. Namun, yang mengejutkan, wilayah Kalimantan Selatan, terkenal dengan sebutan 1000 sungai dan hutannya menjadi bagian dari paru-paru dunia yang ditetapkan UNESCO tahun ini mengalami banjir yang disebut terburuk dari tahun-tahun sebelumnya. 


Rumah-rumah terendam hingga atap, keluarga tercerai berai dan kelaparan melanda sebab terputusnya komunikasi dengan dunia luar. Manager Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel, M. Jefri Raharja menegaskan banjir tahun ini lebih parah daripada tahun-tahun sebelumnya.


Curah hujan memang tinggi selama beberapa hari terakhir jelas berdampak dan menjadi penyebab banjir secara langsung. Namun ternyata biang keroknya adalah masifnya pembukaan lahan yang terjadi secara terus menerus.


Bencana ekologilah jawaban atas Massifnya Kebijakan pemerintah tanpa disertai hati nurani. Data yang dimiliki WALHI, pembukaan lahan terutama untuk perkebunan sawit terjadi secara terus menerus. "Antara 2009 sampai 2011 terjadi peningkatan luas perkebunan sebesar 14 persen dan terus meningkat di tahun berikutnya sebesar 72 persen dalam 5 tahun," paparnya.



Demikian juga maraknya pembukaan tambang baru. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mencatat terdapat 4.290 Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau sekitar 49,2 persen dari seluruh Indonesia. “Sedangkan untuk tambang, bukaan lahan meningkat sebesar 13 persen hanya 2 tahun. Luas bukaan tambang pada 2013 ialah 54.238 hektar,” tambah Jefri.



Tidak hanya di Kalsel, wilayah Kalimanatan lain juga digerus oleh area pertambangan. Pada 27 September 2020, Walhi Kalsel bersama Jatam, Jatam Kaltim, dan Trend Asia, membentuk koalisi #BersihkanIndonesia. Mereka mendesak pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membuka dokumen Kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara.



Mereka mengevaluasi mengenai kasus pencemaran lingkungan, perampasan lahan, kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang berkaitan dengan lingkungan hidup. “Pembukaan lahan atau perubahan tutupan lahan juga mendorong laju perubahan iklim global. Kalimantan yang dulu bangga dengan hutannya, kini hutan itu telah berubah menjadi perkebunan monokultur sawit dan tambang batu bara,” katanya lagi.



Semakin menyempitnya daerah resapan air hujan makin memperparah bencana. Terlebih jika terjadi pergantian cuaca yang ekstrim (kompas.com, 15/1/2021). 


Allah berfirman dalam QS Ar-Rūm 30 : 41


"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".


Itulah mengapa aturan yang mengatur urusan manusia di dunia haruslah berasal dari Allah saja, sebab ketika manusia diberi kewenangan menentukan buruk dan baik ternyata malah kerusakan yang dihasilkan. Sebab manusia ketika takwanya melemah atau malah dalam benaknya terselip pemikiran untuk memisahkan Allah dari Kehidupan maka hawa nafsulah yang berkuasa. 


Naluri Baqa ( eksistensi diri) begitu menguasai hingga jika ia sekular, ia akan menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekayaan, kepuasan dan kebahagiaan. Sebab baginya hanya tumpukan materi puncak segala pencapaian. Itulah landasan bagi para investor hari ini yang senantiasa menadapatkan angin segar dari negara untuk mengeksplore kekayaan alam tanpa pandang bulu.


Apakah kelak akan merugikan anak cucu atau tidak tak jadi soal. Yang penting hari ini. Tagar #prayforkalsel menduduki puncak media sosial negeri ini. Semua berharap melalui Tagar itu hati pemerintah tergerak dan bergerak cepat. Nyatanya mereka tergagap, tidak tanggap sebagaimana ketika menangani vaksin atau investasi luar negri. Fix! Negara kita salah atur!

Komentar

Postingan Populer