Kebahagiaan Bukan Karena Sekufu Dalam Harta




Satu lagi tontonan yang bisa menjadi tuntunan, kita bisa mengambil hikmahnya diluar siapa yang memproduksinya. 


"My Only One" adalah judul salah satu  drama Korea  bertema keluarga yang menceritakan perjalanan hidup seorang gadis Kim Do-Ran, yang sulit, berliku dan terjal. Namun digambarkan ia adalah gadis  yang memiliki kepribadian yang cerah dan positif.


Kim Do-Ran, bertemu dengan Wang Dae-Ryook, anak dari seorang pebisnis yang kaya. Yang kemudian merubah cerita hidupnya berfluktuasi.  Mulai dari perjuangannya dalam bekerja paruh waktu, belajar agar bisa masuk perguruan tinggi untuk menjadi jaksa dan dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan menjadi korban ambisi ibu mertuanya yang ingin mendapatkan menantu selevel dari sisi kekayaan, bahkan sebelumnya menjodohkan dengan gadis putri pengusaha tajir.


Hanya karena sebuah cerita di masa lalu, baik Kim Do-Ran dan 3 keluarga lain yang diceritakan dalam drama ini, mengalami konflik bertubi-tubi dan bisa dikatakan disinilah hikmahnya. Pertama, tak semua pelaku kejahatan kemudian anak keturunannya menuruni sifatnya. Apalagi jika kemudian faktanya, kasus pembunuhan yang menjebloskan ayah kandung Kim Do-Ran ke dalam penjara itu adalah jebakan alias salah orang karena dimanfaatkan oleh pihak ketiga. 


Ini membuktikan pula  bahwa pemahaman yang berdasar cara pandang yang benar sangat penting dimiliki setiap orang. Sehingga ia bisa memproduksi ribuan pemikiran postif dan bermanfaat bagi manusia yang lain. Dalam drama ini benar-benar ditampakkan bagaimana dampaknya jika membangun pemikiran hanya melalui penampilan fisik semata dan gosokan gosif tetangga.


Hanya memunculkan aktifitas menyakiti, mengacau dan keluar dari akar sehat. Setiap depresi dan putus asa yang muncul ditanggapi dengan menyalahkan orang lain dan mabuk. Dalam Islam hal itu adalah sangat berbahaya, sebab kaum Muslim memiliki Allah, zat yang mampu mengeluarkan manusia dari setiap persoalan seberat apapun itu. 


Kedua, dalam kapitalisme sekuler kental dibangun dinasti kekayaan sehingga manusia-manusia naif ini saling mengklaim status mereka lebih tinggi dari manusia " biasa" . Dan kemudian memancar peraturan dari pemahaman ini. Artinya pernikahanpun harus selucu, sederajat harta benda berkit statusnya. Penilaian negatif bin hina ini hanya muncul dari kesombongan manusia, yang akhirnya memisahkan mereka yang sudah berkomitmen saling mencintai dan melengkapi.


Mau ditolak bagaimanapun , kita bisa melihat dengan jelas bagaimana orientasi kaum sekuler terhadap pernikahan dan keberhasilan. Hanya berlandas materi. Nyatanya, dalam drama ini digambarkan konflik yang berkelanjutan sebab sama-sama mengagungkan kebahagiaan harta duniawi.


Islam hanya menunjukkan satu pintu saja agar kebahagiaan itu teraih, yaitu ketaatan, sebagaimana firman Allah dalam Quran surat Thaha 20 : 123, yang artinya: 

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.

Kesimpulannya, sekuler tak pernah bisa menjadikan seseorang bahagia secara hakiki, sebab selalu disertai intrik-intrik kepentingan pribadi. Pun dalam hal pernikahan. Padahal Allah dan Rasul begitu memperhatikan syariat ini, hingga mensifatinya " menikah adalah memenuhi separo agama". Semakin merindukan hidup dalam pengaturan syariat. Sebab hanya Islam yang mampu menghargai manusia sebagaimana adanya manusia . Wallahu a' lam bishowab.

Komentar

Postingan Populer