Bercanda itu Sehat





Banyak orang stres hari ini. Karena PJJ, Karena harga sembako yang gak pernah turun, karena lapangan pekerjaan sulit, karena di PHK, karena, karena, karena yang lainnya.

Maka kemudian muncul pendapat " Hidup sekali kog dibuat stres" , " Guyon penghilang stres" dan lain-lain. Namun kemudian yang terjadi justru kebablasan. Guyonnya berubah jadi prank, bullying, menghina dan lain sebagainya. Ketika ada yang memperingatkan kemudian langsung gass pool dan mengklaim" pindah saja dari dunia, orang kog gak bisa diajak bercanda" atau " Sok alim" dan lain sebagainya. 

Sepakatkah jika sikap-sikap seperti diatas saya katakan akibat jauhnya Islam dari pemahaman kaum Muslim? Mengapa harus Islam, padahal ada banyak agama di dunia ini? Alasannya, karena hanya Islam agama yang memiliki peraturan. Agama lain tidak, mereka hanya punya aturan ritual ibadah yang samasekali tak berpengaruh dalam kehidupan sosial bermasyarakat bahkan bernegara.

Apakah Rasulullah tidak pernah bercanda? Pernah dan itu pasti, sebab Rasulullah adalah juga manusia sejenis dengan kita. Beliau makan, minum dan melakukan aktifitas yang lain layaknya manusia normal. Oleh karena itu Islampun tidak melarang bercanda, asalkan...

Sebab dalam Islam setiap perbuatan hukum asalnya adalah mubah sebelum diketahui syariatnya, maka tugas kita adalah mencari. Tentu, mencarinya selain dari Alquran juga dari apa yang sudah dikerjakan Rasulullah sebagai suri tauladan kita, baik itu perbuatannya, perkataannya maupun diamnya yang disebut Sunnah.

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bercerita, ada seorang pria dusun bernama Zahir bin Haram. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukainya. Hanya saja tampang pria ini jelek. Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuinya ketika ia sedang menjual barang dagangan. 

Tiba-tiba Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memeluknya dari belakang, sehingga ia tidak dapat melihat beliau. Zahir bin Harampun berseru: “Lepaskan aku! Siapakah ini?” Setelah menoleh iapun mengetahui, ternyata yang memeluknya ialah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Maka iapun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merapatkan punggungnya ke dada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata: “Siapakah yang sudi membeli hamba sahaya ini?” Dia menyahut,”Demi Allah, wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Jika demikian aku tidak akan laku dijual!” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas: “Justru di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala engkau sangat mahal harganya!”.


Dalam suatu riwayat, seorang wanita tua mendatangi Rasulullah SAW. Ia menanyakan perihal surga. “Wanita tua tidak ada di surga,” sabda Rasulullah SAW.

Mendengar ucapan itu, si nenek pun menangis tersedu-sedu. Rasulullah SAW segera menghiburnya dan menjelaskan makna sabdanya tersebut itu. “Sesungguhnya ketika masa itu tiba, Anda bukanlah seorang wanita tua seperti sekarang.”

Rasulullah pun kemudian membacakan ayat, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.“ (QS al-Waaqi’ah [56]: 35-36). Akhirnya, si nenek tua tadi pun tersenyum.

Cermatilah, bahwa setiap guyonan Rasulullah tak ada unsur bohong, tapi mempunyai nilai edukasi. Dalam bercanda, beliau tidak pernah tertawa sampai terbahak-bahak. Tertawanya hanya sampai terlihat gigi taringnya saja.

Beliau juga tidak melontarkan lelucon bohong, dusta, atau merendahkan orang lain. Beliau juga tidak berlebih-lebihan dalam bercanda. Hanya sebatas refreshing dan pelepas kesuntukan sesaat.

Seperti dipesankan Imam Nawawi, bercandanya Rasulullah SAW tidak sampai membuat martabatnya rendah. Materi yang menjadi guyonan juga tidak mengada-ada. Bahkan, sarat dengan pelajaran dan ilmu pengetahuan.

Seperti sabda Rasul, “Celakalah bagi mereka yang berbicara, lalu berdusta supaya dengannya orang banyak yang tertawa. Celakalah baginya dan celakalah.” (HR Ahmad)

Model yang diajarkan Rasulullah sangat jauh dari fenomena yang terjadi di masyarakat. Seperti, tontonan-tontonan yang semata bertujuan membuat pemirsanya tertawa. Di antaranya, lawakan yang penuh dengan materi bohong, mengada-ada, dan berpura-pura bodoh.

Bahkan, ada yang menyalahi kodrat ilahi, seperti berpura-pura menjadi banci agar orang tertawa. Padahal, laki-laki yang berpura-pura menjadi wanita atau sebaliknya mendapat laknat yang keras disisi Allah.

Kebanyakan dunia televisi menyajikan lawakan yang kasar. Kerap ditemui materi lawakan berupa olok-olokan yang merendahkan orang lain. Mereka sengaja menghina kekurangan rekan mereka hingga membuka aibnya.

Di dunia medsos juga tak kalah miris, adu stiker atau istilahnya SPAM juga marak, level stikernya dari yang bergambar lucu hingga merendahkan kemuliaan pria dan wanita. Bahkan terkesan melecehkan.

Mengolok-olok dengan maksud hanya untuk bercanda, menghilangkan stres, refreshing dan laknnya sesungguhnya tidak disukai Allah SWT, sebagaimana firmanNya dalam Quran surat Al Hujuraan  49: 11 yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Mungkin daripada menghujat sang penasehat, ada baiknya mulai menuntut ilmu, mendekat kepada Allah SWT hingga kita yang sama-sama punya waktu 24 jam bisa memanfaatkannya untuk kebaikan dunia akhirat. 

Sebab, ketika Islam dijauhkan otomatis yang menjadi kepemimpinan berfikir adalah sistem yang batil dan fasad. Bahkan sadisnya bercanda bisa dimanfaatkan sebagai komoditi yang menghasilkan kekayaan. Itulah sekulerisme. Yang sangat bertentangan dengan Islam. Sebagai Muslim, wajib hanya menjalankan aktifitas sesuai syariat saja. Agar memperoleh selamat dunia akhirat. Wallahu a' lam bish showab.

Komentar

Postingan Populer