Tetangga Bagian dari Rezeki




Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris” (HR. Bukhari 6014, Muslim 2625).

Hadis di atas menggambarkan betapa Islam sangat memuliakan tetangga. Yaitu orang yang secara bahasa atau adat kebiasaan berada di lingkungan sekitar kita. Berinteraksi saban hari.

Bersaudara bisa sementara, tapi bertetangga selamanya. Pendapat itu ada benarnya juga. Sebab kita sering melihat bagaimana kerasnya percekcokan dalam sebuah keluarga hingga mampu memutus tali persaudaraan padahal sedarah. Sementara ketika keadaan genting, tetangga kitalah orang pertama yang tahu dan peduli. Keluarga masih pakai jeda, sedang tetangga seketika. Pantas saja jika Jibril selalu mengingatkan yang juga berarti itu hukum syara bagi Rasul dan umatnya.

Rasa solidaritas bisa dibangun dari kepedulian. Tanpa memandang ras, budaya dan agama. Jika kita mukmin, hal itu justru menjadi kewajiban. Sekaligus menjadi syiar betapa Islam itu rahmatan Lil Aalamin.

Dan rasa itu teruji saat wabah ini, dimana banyak keterbatasan yang tercipta, baik ekonomi, sosial dan yang lainnya. kita jadi tahu siapa-siapa yang peduli dan tidak. Beberapa waktu lalu, salah satu tetangga di lingkungan saya ODP, sebab ada teman sekantornya pulang dari Jakarta dan tidak periksa,ternyata positip PDP, padahal sudah telanjur interaksi dengan teman sekantor. Akhirnya diputuskan sang tetangga harus karantina mandiri selama 14 hari.

Suasana jadi mencekam, terasa begitu dekat pandemi itu, padahal selama ini hanya lihat dari berita yang bersliweran di media. Baik cetak maupun elektronik. Tapi Alhamdulillah, tak menunggu lama, kesigapan RT dan koordinator blok mengurangi rasa tak enak di awal. Tetangga kami bisa menjalankan karantina ya selama 14 hari full dan kami bergantian sebagai pemasok kebutuhan hariannya.

Banyak hal yang seringkali tak terduga, tapi keiklasan yang terbangun itu yang menakjubkan. Bertetangga baik tentu bagian dari keberkahan hidup. Dalam hadis riwayat Ibnu Hibban, Nabi Saw bersabda;

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ.

“Ada empat perkara termasuk kebahagiaan; istri yang shalihah, tempat tinggal yang lapang, teman atau tetangga yang baik dan kendaraan yang nyaman.”

Komentar

Postingan Populer