Lantunan Ayat Suci Dalam Keprihatinan




Memasuki bulan Mei, kembali teringat bulan April yang telah ditinggalkan. Banyak menyimpan kenangan. Sedih, sepi, haru dan bahagia. Yang jelas, saat ini kita musti tetap bertahan.

Dibuka dengan sebuah jawaban, " Saya ngaji Ndak mau dipaksa" dari seorang sahabat yang aku penuh harap kepadanya. Sebab aku melihat potensinya yang luar biasa, muda, baru menikah, belum memiliki anak, jadi lebih banyak waktu luangnya. Alangkah indahnya ketika kesempatan emas ini dia bisa menjadi mutiara diantara gelapnya pemikiran umat.

Namun ganasnya Corona membuat ia putar haluan 180°, yaitu membantu suami mencari nafkah, ah...benarkah ngaji itu berat hingga dua jam sepekan saja tak ada waktu?

Dan hal inilah yang kutakutkan terjadi pada kedua anak-anakku. Hanya menganggap ngaji sebagai selingan. Ramadhan sendiri biasanya identik dengan tadarus, maka sembari buat jadwal tadarus seperti biasanya, yaitu ba' da magrib seringkali saya selipkan pemahaman bahwa, amal mereka terhadap Alquran tak hanya berhenti di membacanya saja. Namun juga memahami dan kemudian melaksanakannya.

Lantunan ayat suci kali ini, ditengah keprihatinan, rasanya lebih dari cukup dengan diijinkanNya masih bisa berpuasa dan tadarus. Banyak diluar sana yang hanya memandang sebelah mata pada amal mengaji dan membaca Alquran. Peremehan  itu terletak pada keinginan mereka yang hanya mandeg pada membacanya saja, kajian masih pilih-pilih, apalagi mendakwahkannya. Pasti bilang itu tugas dai dan nyai.

Komentar

Postingan Populer