Biar Nyempil, Ramadan Tetap Jualan Takjil





Sore itu, karena bosan dengan stok di kulkas, coba-coba keluar untuk cari yang jualan sayur, lauk pauk atau cemilan lainnya. Barangkali ada, sebab bisik-bisik tetangga di grup PKK kog katanya tetap ramai, banyak penjual dan jalan jadi macet. Maklum, ini hari pertama gak masak sejak awal Ramadan, kata anak-anak juga variasi.

Ok lah..dan Masyaallah, benar! Jalanan macet seperti ada pasar malam, pasar kaget, pasar Reboan dan entah pasar apalagi tumplek blek di sepanjang jalan. Sedang yang di dalam pelataran gerbang perumahan hanya beberapa. Kebayang kan, bagaimana hiruk pikuknya jalan desa disebabkan mobil, motor dan pejalan kaki rebutan akses?

Mana yang katanya PSBB? memang beberapa gang menuju perkampungan di sebelah perumahan ada yang ditutup, tidak semua. Tapi jumlah kerumunan ini banyak dan tak seharusnya. Hingga terlihat ada penjual gorengan yang nyempil di depan SMP sebab lapaknya mungil dan harus berbagi dengan lapak minuman berasa yang sedang trend hari ini, es rasa-rasa. Itu yang saya ingat, entah apa nama sebenarnya, karena pedagangnya cuma modal es batu, gelas cup besar atau kecil dan bubuk minuman berperisa Chapucino, Oreo, Orange Squash, Taro dan lain-lain.

Kebanyakan memang bukan pedagang asli perumahan, beberapa dari desa dan perumahan sebelah. Mengapa nekad menerjang larangan? Ramadan tak sekedar bulan ampunan namun juga bulan keberkahan dan merekalah orang-orang yang sedang " Ngakan Berkah", berharap pundi-pundi rejeki bergemerincing memenuhi kantong mereka agar anak istri di rumah tetap bisa makan.

Apakah rakyat sudah diatur? Ndak juga, buktinya kalau disuruh milih caleg, cagub, capres mereka nurut meskipun gak tahu siapa yang beneran sayang dengan mereka dan setelah dipilih masih ingat mereka. Setiap 5 tahun diulang ndak protes, masalahnya kalau masa pandemi ini malah diminta di rumah saja, siapa yang mau kasih makan?

Bansos nunggu kantong selesai disablon, gaji ke-13 diseleksi ulang, mudik dilarang, TKA China diundang, lha terus rakyat dapat apa? Akhirnya meski lapak nyempil, tetaplah cari duit nomor satu.

Magrib menjelang, makin jalan tak bisa dibelah. Tangan-tangan telah membawa kantong, urusan perut sudah tertolong, urusan peringatan stay at home nunggu ditodong saja.

Komentar

Postingan Populer