Es Blewah, Es Rakyat





Mashyur setiap hendak berbuka puasa, iklannya selalu disebut" Berbukalah dengan yang manis" . Entah siapa yang memulai kalimat itu, menjadi tenar, bukan hadist bukan ayat, tapi melegenda seperti Gundala Putra Petir, hehehe..

Mungkin karena kebiasaan Rasul setiap berbuka dengan makan kurma, sebab memang makanan sehari-hari di Arab adalah kurma. Sedang kita di Indonesia boleh apa saja , asal jangan langsung sambal terasi aja ya, bisa teriak histeris tuh lambung.

Secara medis memang berbuka yang manis dan gak terlalu susah diubah jadi energi ya makanan manis, seperti kurma. Jadi kerja lambung gak berat, setelah hampir 13-14 jam kosongan.

Dan di Indonesia, terutama di Jawa Timur ( belum survey untuk wilayah lainnya) makanan pembuka umumnya kalau gak kolak pisang atau ubi ya es Blewah. Nama buah yang serumpun dengan timun suri, semangka, melon dan timun sayur. Daging buahnya juicy, segar dan berbiji. Disajikan dengan sirup gula berwarna merah dan diberi es batu. Sederhana, murah meriah, tak mewah dan merakyat.

Tanaman yang ditanam bergantian dengan padi ini begitu populer sebagai makanan pembuka buka puasa, hingga tak lengkap rasanya jika Ramadhan tidak stok buah tersebut. Seperti sore ini, sudah hati ke-3 saya berburu Blewah, anak-anak sudah berkali-kali minta. Dan entah karena belum musim atau karena kiriman dari kebun-kebun di luar kota tersendat hingga di pasarpun terbilang langka.

Akhirnya, setelah mencari kesana-kemari ternyata hari ini terlihat ada 1 pedagang yang jual di depan SMPN 2 Candi. Terlihat Blewah dalam ukuran tak biasa tertata rapih di tobos ( keranjang bambu untuk mengangkut barang di belakang sepeda). " Pasti mahal nih" batinku. Benar saja, setelah berhasil menyusup diantara tubuh mak-mak pembeli yang tidak sabar akhirnya bisa juga lebih dekat dengan penjualnya dan menawar harga.

Ternyata harga pas tak bisa turun lagi. Aku pilih yang agak terbelah, sebab wanginya sudah tercium dan terbayang betapa juicy dagingnya. Setelah kubayar, dengan riang begitu sampai di rumah langsung kueksekusi. Namun, aku terkejut ternyata dagingnya juicy bukan karena matang, namun karena busuk.

Ah..., Tahu gitu pilih yang lain saja, yang warnanya agak hijau. Alhamdulillah ada sebagian yang masih bisa diselamatkan. Marah, juga jengkel, kenapa si penjual tak mengatakan jika buahnya tak begitu baik? Bahkan tadi sempat lihat buah yang didisplay ada noda coklat karena busuk si penjual masih ngotot itu hanya tampilan luar ( padahal jelas-jelas buahnya sudah di iris dan busuknya hingga ke dalam).

Ini ironi banget, kebutuhan akan buah sama dengan kebutuhan bahan pokok. Rakyat harus mendapatkan haknya tanpa kesulitan mengakses dan berkualitas. Namun apa daya, produk impor membanjiri pasaran, hingga pengaruh kepada produksi dalam negeri. Petani yang berjibaku dengan pembiayaan produksi dari bahan mentah yang tinggi, ketika dilempar ke pasaran, mati kutu karena buah impor lebih cantik dan murah.

Nasib Blewah buah rakyat, dikala rakyat berharap bisa bersandar darinya dengan memperoleh keuntungan, nyatanya buah yang bisa diakses adalah buah yang kualitasnya bukan diperhitungkan untuk impor, alias KW. Makin ingin urusan perbuahan diatur oleh negara, supaya hidup bahagia, sejahtera, sehat sentosa itu bukan khayali dan bukan hanya milik mereka yang berduit.


Komentar

Postingan Populer