Berdamailah Dengan Alam, Corona Akan Sirna





Kira-kira seperti judul tulisan inilah ungkapan yang ingin disampaikan penguasa kepada rakyatnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan cuaca panas membunuh virus corona, yang kemudian  menuai perdebatan di tengah masyarakat.

Pemerintah seolah-olah tutup mata dan telinga terhadap resiko yang akan dihadapi ketika menginginkan penyembuhan dengan imunitas alamiah yang dimiliki oleh setiap individu atau istilah lainnya adalah Herd Imunitty. Dan juga menyarankan masyakat menunggu datangnya musim panas.

Situs BBCIndonesia.com menyebut teori soal pengaruh cuaca terhadap ketahanan hidup virus corona belum benar-benar terbukti. Para pakar sudah mewanti-wanti jangan terlalu berharap virus ini akan musnah pada musim panas.


Analisis awal dari Massachusetts Institute of Technology, melansir dari The New York Times, menunjukkan sebagian besar penularan Covid-19 terjadi di suhu tiga sampai 17 derajat Celcius. Negara khatulistiwa dan belahan bumi bagian selatan (yang sedang mengalami musim panas) hanya menyumbang sekitar 6% kasus global saat ini ( katadata.co.id, 3/4/2020).


Padahal faktanya, kekebalan kelompok dari infeksi alami berisiko menimbulkan sakit parah bahkan kematian. American Heart Association bahkan mengatakan pemulihan infeksinya memakan waktu lama hingga hitungan bulan bahkan tahunan. Bayangkan berapa banyak negara harus menanggung kerugian dengan menempuh cara Herd Imunity ini.

 “Penyebaran infeksi ke kelompok berisiko tinggi tak bisa dibatasi. Beberapa orang yang terinfeksi akan mengembangkan penyakit sangat parah, dan sebagian akan mati,” ungkap Paul Hunter, seorang profesor kedokteran dari Universitas East Anglia, Inggris.


Sebaliknya vaksin meminimalisir risiko tersebut karena patogen telah dilemahkan, diuji coba, dan terjamin aman. Dengan vaksinasi, penyebaran infeksi kepada kelompok berisiko bisa ditekan dengan memilih kelompok kuat untuk dijadikan populasi kebal. Namun perlakuan ini nampaknya belum bisa diterapkan untuk kasus COVID-19 karena vaksinnya belum ditemukan ( tirto.id, 3/4/2020)


Kebijakan pemerintah masih terus ditunggu oleh rakyat. Namun  Pernyataan Luhut bahwa virus akan mereda ketika masuk musim kemarau atau panas tak urung makin membuat gaduh suasana. Ditengah masyarakat yang seolah hidup tanpa seorang pelindungku. Dan parahnya malah dibenarkan oleh kepala BMKG dan pejabat lainnya.

Ini mengindikasikan arah kebijakan pemerintah yang lepas tanggung jawab sekaligus mengonfirmasi bahwa pemerintah cenderung mengambil kebijakan Herd Immunity dengan mengorbankan nyawa rakyat.

Dalam Islam, di sisi Allah, hilangnya nyawa seorang muslim lebih lebih besar perkaranya dari pada hilangnya dunia. Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Sangat disayangkan, nyawa seorang muslim harus hilang untuk sesuatu yang sangat tidak jelas. Terlebih karena kelalaian penguasa. Maka dihadapan Allah ia harus mempertanggung jawabkan semua keburukan kepemimpinannya tanpa ada kesempatan untuk memberbaikinya lagi.


Perubahan menjadi lebih baik rasanya jauh panggang dari api. Pemerintah kapitalis gagal menjadi pelindung keselamatan jiwa rakyat, sebab pemerintah lepas tanggung jawab dari penanganan masalah kompleks yang dihadapi rakyat.


Yang mana hal ini berbalik 180 ° dengan bagaimana khalifah dalam riayah dan menempatkan diri sebagai junnah. Tak akan sedetikpun rakyat dibiarkan berpacu dengan waktu menghadapi Covid-19 dengan menunggu datangnya musim berganti atau membiarkannya sembuh alami dengan teori Herd Immunity.

Namun akan menjadikan wilayah yang menjadi pusat wabah sebagai rumah sakit alami dengan mengisolasi dan memenuhi semua kebutuhan hidup rakyat didalamnya. Langkah ini diambil agar ritme masyarakat di wilayah yang tidak terdampak bisa normal.


Informasi akan disampaikan dengan jelas tanpa ada beda , sehingga rakyat mampu mengantisipasi lebih dini menghadapi wabah ini. Pemimpin yang seperti ini hanya terlahir dari penerapan syariat Islam bukan yang lain. Sehingga kita akan mengambil solusi dari pencipta alam semesta, bukan bergantung pada alam yang masih sesama ciptaan Allah sebagaimana manusia. Wallahu a' lam bish Showab.

Komentar

Postingan Populer