Pemimpin Ala-ala





Sudah sekitar sebulan ini sepanjang jalan desa dipenuhi dengan foto-foto calon kepala desa. Sedang di jalan raya utama terpampang foto-foto calon Bupati Sidoarjo. Wajah-wajah yang apik, entah hasil editan atau bukan, tapi hampir semua menampilkan pose terbagus dan senyum termanis.

Sembari disertakan kalimat-kalimat "bermantra" yang berusaha menjelaskan siapa sosok yang ada di foto, sekaligus misi dan visi ke depan jika mereka terpilih. Ada yang menjanjikan tambahan dana desa sekitar 300-600 ribu perbulan, ada yang berjanji meningkatkan sinergitas dan persatuan umat, ada yang yakin Sidoarjo maju, guyup ditangan beliau. Dan masih banyak lagi.

Respon masyarakat tak terlalu antusias, mereka paling bisa baca agak lama jika pas berhenti di perhentian lampu merah. Suasana memang lebih marak, namun mengapa sepi tanggapan?

Mungkin bagi tim sukses masing-masing calon sejak sebelum foto itu dipasang pasti sudah kerja mati-matian. Segala cara, daya dan upaya dikerahkan agar calonnya bisa maju menang. Terbayang pula berapa besarnya dana yang digelontorkan agar sang calon menang.

Demokrasi, sudah bukan rahasia lagi jika butuh biaya banyak agar menang atau mendapatkan suara mayoritas. Tak perlu integritas atau popularitas yang penting dana tersedia, semua persoalan tuntas.

Hati menjadi bertanya, mengapa  dari sekian banyak orang baik yang bersedia menjadi pemimpin umat tak ada satupun yang menawarkan perubahan hakiki?

Berjanji mengentaskan kemiskinan, mewujudkan persatuan umat, kesejahteraan, kerukunan, kemajuan namun dengan cara bagaimana?

Jika sama dengan pemimpin sebelumnya, apa bedanya? Sebab hari inipun nyatanya sudah berganti pemimpin berapa kali namun tak ada perubahan, malah semakin terpuruk. Korupsi kian menggurita, nyawa tak berharga, kemiskinan meraja.

Wacana mengganti sistem bobrok dengan yang sahih senantiasa mendapati halangan. Bukan berasal dari non muslim, namun justru dari lisan muslim sendiri. Seakan mereka tidak mengenal secara mendalam agama mereka. Yah, solusi sahih itu tidak lain dan bukan adalah Islam.

Kaum muslim memang sengaja diarahkan hanya menekuni agama dari sisi pribadi semata, maka digencarkan lah istilah radikal, terorisme, anti Pancasila, pemecah belah bangsa dan sebagainya agar kaum muslim makin tak mengenal seberapa sempurnanya Islam.

Kaum kafir sangat-sangat serius merancang jalan menuju kehancuran Islam. Dan itu sepi dari pembelaan pemeluknya , ironi! Padahal Islam adalah solusi fundamental terhadap problematika umat ini. Sebab Islam bukan sekedar agama yang mengatur akidah pemeluknya atau sekedar berisi ritual ibadah semacam Nasrani, namun Islam juga memancarkan peraturan, yang dengannya memang ditujukan untuk membantu kehidupan manusia menjadi lebih baik.

Menerapkan Islam secara kaffah artinya menjadikan Islam berfungsi sebagaimana mestinya. Sebab sepanjang usia Rasulullah tak pernah bergeser dari khitah( seruan) ini sedikitpun.

Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Islam sebagai ideologi masih perlu dibuktikan kebenarannya. Apakah mereka lupa , Islam pernah memimpin selama 1300 tahun hanya dengan menggunakan syariat? Bukan yang lain.

Maka, tak bisa dipungkiri, pemimpin hari ini adalah sekedar pemimpin ala-ala, bukan pemimpin hakiki, sebab mereka melepas tangan dari menerapkan Islam dalam visi dan misi mereka.

Sungguh, Maha Benarlah peringatan Allah,"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”(QS Taha : 124-125)

Astaghfirullah, sungguh keadaan yang tak nyaman. Hanya ketika didunia kita dalam keadaan membangkang Maka di akhirat menuai hasilnya?
Wallahu a'lam biashowab.

Komentar

Postingan Populer