Genjot Pariwisata di Tengah Badai Corona





Pariwisata menjadi andalan perolehan pendapatan setiap daerah. Pemerintah daerah sebagai pengelola tinggal memanfaatkan sumber daya alam sekitar, situs peninggalan ataupun proyek alam buatan namun tetap low bugdet dan cepat menghasilkan pendapatan. Hendak dikelola sendiri atau memasukkan investasi asing juga jadi pilihan terbanyak.


Maka, setiap daerah berlomba untuk menggali potensi-potensi khas daerahnya. Dari yang murni keindahan alam hingga yang berbau mistis. Semua akan diaktifkan dan dipromosikan asal menghasilkan manfaat. Dibalik kemudahan dan kecepatan menghasilkan pendapatan pariwisata menyimpan sisi negatif pula yang itu seakan ditutupi oleh pihak manapun.


Di tengah merebaknya badai virus Corona atau yang lebih dikenal Covid-19, sebab merupakan mutan terbaru dari Corona sebelumnya. Tetap saja bisnis pariwisata masih menggiurkan. Ancaman sosial distacing hingga Lockdown tak pernah mematikan syahwat penguasa, pebisnis hingga investor untuk semakin melebarkan sayapnya.


Seperti misalnya Industri perhotelan di Banyuwangi.  Terus tumbuh seiring perkembangan pariwisata di kota ujung timur Pulau Jawa ini. Terbaru, Kokoon Hotel Banyuwangi yang diklaim sebagai hotel tertinggi di Banyuwangi resmi beroperasi pada Rabu, 18 Maret lalu.


President Director Kokoon Hotels Villas Sylvain Julien mengatakan, hotel berbintang empat tersebut memiliki bangunan 13 lantai dengan luas bangunan mencapai 17.000 meter persegi. Dengan fasilitas 163 kamar dan ballroom berkapasitas 1.000 orang menjadikan Kokoon Hotel Banyuwangi sebagai pilihan yang cocok untuk para wisatawan dan pebisnis di Banyuwangi (sindonews.com,25/3/2020).


Terlebih sebagai promosi mereka menawarkan View Ijen dan Selat Bali,  Sylvain pun berharap dengan dengan adanya fasilitas akomodasi yang memadai dapat mendorong terciptanya banyak kegiatan konvensi, pertemuan maupun pameran (MICE) tingkat nasional dan internasional di Banyuwangi.


Sejalan dengan niatan Villas Sylvain Julien, mengutip situs resmi pemerintah Banyuwangi banyuwangikab.go.id, pariwisata Banyuwangi terus berkembang dari tahun ke tahun. Salah satu indikasinya adalah jumlah kunjungan wisatawan yang terus menanjak, baik wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman).

Pertambahan jumlah ini tentu butuh sokongan akomodasi yang memadai. Dan peluang inilah yang ditangkap para investor, sehingga rela merogok kocek dalam-dalam sebab prediksi keuntungan yang luar biasa di lima atau sepuluh tahun mendatang.

Tercatat pada tahun 2013 wisnus yang berkunjung ke Banyuwangi sejumlah 1.057.952 orang dan meningkat menjadi 5.307.054 orang pada 2019. Demikian halnya kunjungan wisman pada periode yang sama naik signifikan dari 10.462 orang menjadi 101.622 orang. Inilah yang membuat pemerintah daerah Banyuwangi getol mengupayakan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata.

Namun, ditengah badai Corona ini terasa tak manusiawi saja jika masih memikirkan untung rugi sebuah bisnis, tanpa melihat bagaimana upaya pemerintah pusat yang gagap dan panik, semua diserahkan kepada pemerintah daerah

Tak tegasnya pemerintah pusat menetapkan Lockdown telah membawa dampak yang luar biasa dimasyarakat akibat pandemi ini. Ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya diopinikan dengan sesuatu yang belum pasti. Namun sudah terlanjur viral di masyarakat dan menambah beban ke pada masyarakat.

Pariwisata terus digenjot, phisikly distancing tak mampu menghentikan laju nafsu para investor yang telah berkawan erat dengan penguasa. Tak lagi peduli bahwa tindakan mereka berisko. Inilah ciri khas kapitalisme, menciptakan jurang yang yang jauh antara sikaya dan si miskin.
Wallahu a' wam bish showab

Komentar

Postingan Populer