Dua Mata Pedang Media Sosial


Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Kemajuan teknologi tak dapat dihindari. Semua kalangan hari ini "dipaksa" untuk mengikuti lajunya. Terlebih ketika dunia bergegas melantangkan revolusi industri 4.0 sebagai lalu lintas online termutakhir, meskipun sudah ada woro-woro industri 5.0 yang bakal memimpin.

Disisi lain kemjuan teknologi sangat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perjalanan lebih cepat, akses berita lebih up to date, bisnis lebih mudah, promosi lebih leluasa, belajar tidak boring, inovasi dan kreasi mudah diakses. Dakwah mudah menyentuh setiap lini masyarakat, tinggal pilih mau ustadz atau ustadza siapa favoritnya.

Namun di sisi lainnya juga mengakibatkan sejumlah ketidakseimbangan. Sebut saja munculnya berbagai kriminal online seperti jaringan judi online beromzet 9 milyar rupiah di Banyuwangi dibongkar( jatimnow.com,08/03/2019). Bisnis prostitusi online di Biltar dibongkar, satu mucikari ditangkap ( jatimnow.com, 08/03/2019). Kemudian kasus remaja menghilang, diperkosa yang semua berawal dari perkenalan di FB, dan masih banyak lagi. Jika itu memudahkan mengapa media sosial juga bisa menimbulkan kerusakan?

Tidak ada yang salah dengan media sosial, karena ia bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Umum. Universal. Namun akan berbeda dampaknya jika jatuh ke dalam pengaturan sistem. Karena sistem itulah yang akan mengendalikan. Apakah shahih ataukah batil. Apakah berasal dari hawa nafsu manusia ataukah dari Kalam Ilahi.

Jika dalam sistem sekuler. Maka liberalisme dan kapitalisme sebagai produk unggulannya akan otomatis menjadi penguasanya. Orang menggunakan media sosial jelas akan bebas untuk apa saja, tak peduli untuk kebaikan atau keburukan. Karena landasan pokok sistem ini adalah pemisahan agama dari kehidupan. Suara manusia lebih diunggulkan daripada suara Tuhan. Semua prilaku bebas asal tidak mengganggu orang lain. Maka kerusakan mental dan sosial akan mengikuti sebagai akibat dari ketidaktundukannya mereka dengan Sang Khalik.

Media sosial menjadi lahan yang menyediakan berbagai manfaat bagi kapitalisme. Menyasar setiap genre masyarakat, menawarkan racun hedosnisme dan lalai kepada mengingat akhirat. Naudzubillah...kerusakan masyarakat sekaranglah buktinya..media sosial di mutilasi sedemikian rupa hingga hanya sebatas eksistensi diri tanpa nilai plus.

Hingga ada yang bertanya, " Bagaimana hukumnya kirim ucapan Natal lewat media sosial?". Inilah efek terparah. Hingga menyangka hukum media sosial berbeda dengan dunia nyata. Saatnya kita bijak bermedia sosial, mengambil manfaat teknologi sebesar-besarnya untuk kepentingan umat, yaitu berdakwah..

Hanya Islam yang mampu menyelesaikan cybre crime. Dengan syariatnya yang tegas dan adil. Benar-benar memberlakukan media sosial sebagaimana peruntukannya. Yaitu sebagai bagian dari edukasi dan dakwah. Hingga Islam dimenangkan oleh mereka yang benar-benar berjuang di jalan Allah SWT. Wallahu a'lam biashowab.


Komentar

Postingan Populer