Ketika Allah " Berbicara" Melalui Makluk CiptaanNya




Covid-19 makin bersinar, data kenaikan penyebarannya menyibukkan panita gugus Covid-19. Padahal pemerintah pusat sudah merelaxasi PSBB dengan tajuk New Normal Life. Apa bedanya? Sepertinya kita masing-masing sedang akting memerankan tokoh lain yang bukan kita, padahal tahu ancaman Covid-19 belum mereda tapi kita pura-pura mampu hidup berdampingan dengannya.



Dari Wuhan With Corona, mungkin jika dibuat film genrenya pasti epic. Dalam hitungan bulan banyak negara bertekuk lutut karenanya. Perekonomian ambruk, kehidupan sosial menjadi tak normal, harapan hidup bagai bayangan, pagi cerah sore menghilang.



Siapakah Corona? Nama cantik namun tidak dengan sepak terjangnya. Ia virus yang terdiri dari beberapa molekul protein. Tak kasat mata, namun jika masuk ke dalam pernafasan manusia bisa mengakibatkan Pneuomia berat. Banyak video beredar dari pasien yang sembuh maupun yang meninggal yang memberitahukan betapa menderitanya mereka berada di ruang isolasi.



Demikian juga dengan perjuangan para tenaga kesehatan ( Nakes), satu persatu gugur di Medan juang dalam merawat pasien positif Corona hingga sembuh. Terpisah dari keluarga berhari-hati dan harus melalui serangkaian prosedur kesehatan yang berlapis sebelum bisa menghirup udara bebas.



Himbauan mereka adalah stay at home, sementara kami disini, di rumah sakit. Namun apa daya, bak punguk merindukan bulan. Himbauan itu tak membawa hasil, lambatnya penangan serta minimnya informasi membuat rakyat hanya menerka-nerka, sudah tepatkah stay at home?



Anak-anakpun tak luput mempertanyakan itu. Mengapa harus tetap di rumah dan kapan bisa sekolah kembali? Inilah saatnya mengenalkan hikmah di balik musibah. Sekaligus wasilah penguat akidah, bahwa bencana itu datang atas ijin Allah. Dan bahwa virus Corona itu adalah makluk Allah. Diciptakan untuk membawa manusia kembali kepada akidah murni, tak mendua dengan pemikiran yang lainnya.





Siapa yang bisa arogan ketika Allah telah menunjukkan kekuasaanNya? Kita hanyalah makluk sama dengan Corona, bedanya kita berakal. Maka, amalpun mesti lebih baik. Mesti mengingat kembali jika masih tak yakin Allah ada sehingga ibadah enggan, lihat saja pada penciptaan makhluknya.



Setiap penciptaan tak pernah sia-sia ataupun bukan Senda gurau. Allah berfirman dalam Quran surat Ali Imran: 191 yang artinya:



“Ya Tuhan kami, tidak pernah Engkau ciptakan ini secara sia-sia, maha suci Engkau maka jauhkan kami dari adzab neraka”





Maka aapun ciptaan Allah swt, pastilah ada tujuan dan hikmah ilahiyah yang agung di balik penciptaan tersebut. Karena kesia-siaan dan main-main itu bukan sifat Ar Rahman. Perhatikan ayat yang lain tentang ini:



 “Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS: Al Mukminun: 115).



Sayangnya saat kita membicarakan ciptaan Allah (makhluk) yang sering terlintas itu hanya ciptaan yang bersifat materi, bahkan lebih spesifik lagi yang berupa benda padat (jamadat). Ini salah satu contoh sempitnya cara berpikir kita tentang luasnya ciptaan Allah.



Marilah melihat lebih ke dalam, tak sekedar Allah ingin menunjukkan kekuasaanNya , namun juga ingin kita memberikan ketaatan kita yang murni tanpa menduakan dengan sesuatu apapun sebab kita makluknya. Penangan Covid-19 yang sudah salah atur sejak awalnya, seharusnya menyadarkan kita, bahwa langkah perjuangan sudah dimulai. Berjuang untuk apa? Untuk menuju pada New Normal Life yang hakiki, yaitu kembali diatur syariat Allah SWT sebagaimana hadis berikut :



Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- “Dahulu Bani Isra’il dipimpin oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, ia akan digantikan oleh nabi (lain). Namun sungguh tidak ada nabi lagi sesudahku, dan sepeninggalku akan ada para khalifah lalu jumlah mereka akan banyak.” (Para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, lalu apa yang engkau perintahkan untuk kami?” Beliau menjawab, “Tunaikanlah baiat kepada (khalifah) yang pertama kemudian kepada yang berikutnya, lalu penuhilah hak mereka, dan mintalah kepada Allah apa yang menjadi hak kalian, karena sesungguhnya Allah akan menanyai mereka tentang apa yang mereka pimpin.”
[Hadis sahih] - [Muttafaq 'alaih]

Sepanjang sejarah, kita tak pernah tidak punya pemimpin yang memimpin berdasarkan syariat. Bahkan setelah Rasulullah wafat, sebelumnya beliau sudah mengabarkan bahwa akan ada banyak Kholifah yang akan memimpin kaum Muslim. Satu Kholifah meninggal akan digantikan oleh Kholifah yang lain. Bukankah itu menjadi tanda awal perjuangan kita? Yaitu mengadakan kembali sosok Kholifah sang pemimpin dan pengurus umat. Wallahu a' lam bish showwab.

Komentar

Postingan Populer